Mendikbud: Tebarkan Spirit Al-Ma'un, UMM Jadi Gerakan Filantropi Muhammadiyah di Bidang Pendidikan

Author : Humas | Rabu, 07 Juni 2017 05:32 WIB

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Prof Dr Muhadjir Effendy MAP menyatakan, spirit Al-Ma'un merupakan dasar filantropi Muhammadiyah yang tak hanya sebatas urusan memberi makan pada orang yang kurang mampu. Filantropi Muhammadiyah berupaya mengentaskan manusia dari tiga jenis kemiskinan, yakni miskin harta, miskin mental, dan miskin ilmu.

Menurut mantar Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan menjadi poin penting untuk mengentaskan kemiskinan manusia akan ilmu. “Dengan mengentaskan manusia yang miskin ilmu, otomatis ilmu akan mengentaskan mereka dari kemiskinan akan sistem. Nantinya, dengan terlepas dari kemiskinan ini, manusia akan mampu mencari makan dan harta. Jadi, mengentaskan kemiskinan akan ilmu itu adalah kunci dari mengentaskan kemiskinan yang lain. UMM menjadi salah satu cara berfilantropi ala Muhammadiyah dengan mengentaskan kemiskinan ilmu ini,” paparnya.

Menambahkan hal itu, sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr Abdul Mu'ti MEd menyatakan, gerakan filantropi harus anti ribet. “Ribet yang saya maksud bukanlah susah atau merepotkan, melainkan akronim dari Reaktif, Individualis, Belas kasihan, dan Temporal” paparnya dalam diskusi panel Kajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur tentang Filantropi sebagai Karakter Warga Muhammadiyah (4/6) di UMM Dome.

Filantropi bermakna kedermawanan yang dikelola secara profesional untuk meningkatkan kesejahteraan orang banyak. Untuk itu, Mu'ti menegaskan filantropi tak boleh bersifat reaktif, yakni hanya bereaksi bila ada sesuatu yang terjadi, seperti bencana alam. Filantropi juga sebaiknya dilakukan bukan secara perorangan atau individualis, melainkan dikelola dengan baik oleh sebuah lembaga. “Contoh yang banyak di sekitar kita, perseorangan membagi-bagikan uang kepada orang banyak dengan cara berbaris. Ini yang dimaksud dengan nafsi-nafsi, individual dan sangat marak saat Ramadhan. Ini bisa menjadi sedekah yang karikatif, diperlihatkan kepada orang banyak dengan tujuan tertentu,” jelas Mu'ti.

Selanjutnya, filantropi juga tak hanya dilaksanakan atas dasar belas kasihan dan temporal. Filantropi mesti dilandasi atas dasar keikhlasan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Dikatakan Mu'ti, puncak iman seseorang dapat dinilai salah satunya melalui kerelaannya untuk membagikan sesuatu yang masih dicintainya. Hal ini merujuk pada teologi Al-Ma'un yang menjadi dasar Muhammadiyah dalam melakukan banyak kegiatan sosial. “Muhammadiyah memahami surat Al-Ma'un sebagai dasar melakukan kegiatan sosial. Kedermawanan menjadi salah satu tolak ukur kualitas iman dan karakter orang yang bertakwa, yakni memberikan sebagian rezekinya pada orang lain,” urainya. (ich/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image