Misi Peradaban Perguruan Tinggi Muhammadiyah Menurut Rektor UMM

Author : Humas | Jum'at, 01 Mei 2020 18:54 WIB
Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. (Foto; Humas UMM)

Perguruan tinggi, khususnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah harus menjadi bagian tak terpisahkan dari interaksi dunia pada umumnya, dan interaksi bangsa pada khususnya. Demikian disampaikan Dr. Fauzan, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam kajian Syiar Ramadhan Daring 1441 Hijriyah bagi sivitas akademika, Jumat (1/5), melalui saluran video streaming Youtube. 

Perguruan tinggi sebagai pusat peradaban, menurutnya merupakan suatu keharusan. Karena memang, perguruan tinggi merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang terdidik, orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi, serta para intelektual. Namun harapan besarnya tidak hanya sekedar mereka memiliki ilmu pengetahuan, tetapi karena yang hendak dijangkau atau yang dinginkan adalah juga keluhuran budi.

Mengutip pernyataan Presiden Republik Indonesia ke-3 BJ. Habibie, bahwa iman dan taqwa (Imtaq) harus menjadi ruh sekaligus menjadi sumber inspirasi dalam mengejawantahkan perilaku. Maka, seluruh warga perguruan tinggi, khususnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah, di dalam misi menjalankan kehidupannya tidak bisa meninggalkan apa yang disebut Imtaq itu. Itulah misi peradaban perguruan tinggi.

Baca juga: UMM Beri Kompensasi Uang Kuliah saat Pandemi

Peradaban tidak mungkin bisa dibangun hanya dengan berpikir cara-cara parsialitas apalagi ekslusif. Maka, disebut Rektor Fauzan, kita harus menunjukkan bahwa pergerakan dalam mengemban pendidikan tinggi Muhammadiyah harus dijalankan ke arah yang bersifat inklusif. “Sebagai kaum terdidik, sebagai kaum intelektual, kita harus membawa pergerakan Muhammadiyah ke arah pergerakan yang inklusif,” katanya.

Apalagi, perguruan tinggi Muhammadiyah sebagai salah satu amal usaha yang mengemban misi dakwah tentu inklusifitas menjadi suatu keharusan. Dan kitalah sebenarnya yang harus mampu membangun komunikasi dengan semua lapisan, dengan semua masyarakat tanpa melihat ras ataupun golongan. Karena pada hakikatnya, sesuai semboyan UMM, “Dari Muhammadiyah untuk Bangsa”.

Muhammadiyah melalui perguruan tinggi, atau melalui UMM ini, menjadi satu amal yang menjadi rahmatan lil ‘alamin. “Kita memang tidak bisa berjuang sendiri. Untuk bisa menciptakan semboyan itu tidak mudah. Tapi saya berkeyakinan dan selalu optimis, ketika kita bisa merangkul semua pihak, Insya Allah Universitas Muhammadiyah Malang akan dirasakan kehadirannya. Dibuktikan melalui karya nyata,” tandasnya. (can)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image