MoU FISIP UMM-Pemkab Magetan Kembangkan Potensi Masyarakat

Author : Humas | Sabtu, 12 Februari 2022 01:56 WIB
Bupati Magetan Dr. Drs. Suprawoto, S.H.,M.Si. yang memotivasi para mahasiswa baru FISIP UMM. (Foto: Yafi Humas)
Dalam rangka meluaskan wilayah untuk menebar manfaat, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhamamdiyah Malang (UMM) teken Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Kabupaten Magetan. Hadir secara langsung Bupati Magetan Dr. Drs. Suprawoto, S.H.,M.Si. dan Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. yang menandatangani kerja sama. Didampingi pula oleh Wakil Rektor IV bidang Kerja Sama Dr. Sidik Sunaryo, M.Si. M.Hum. serta Dekan FISIP UMM Prof. Dr. Muslim, M.Si. pada Sabtu (5/2) lalu.
 
Usai menandatangai MoU, Rektor UMM Dr.Fauzan, M.Pd dalam sambutannya berharap kerjasama Kampus Putih melalui FISIP UMM dengan Kabupaten Magetan bisa memberikan sebaik-baik manfaat untuk kedua belah pihak. Menebarkan manfaat bagi mereka yang membutuhkan, sekaligus membantu memajukan bangsa. Salah satu yang mungkin bisa dicoba adalah Pembangkil Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
 
“Kawan-kawan di Kampus Putih yang fokus di energi terbarukan juga telah memiliki database wilayah mana saja yang memungkinkan dibangun PLTMH. Dan mungkin, Magetan bisa menjadi salah satu lokasi untuk mengembangkan energi terbarukan ini. Begitupun juga dengan pengembangan biogas yang sudah kami lakukan dan turunannya yang dijadikan sebagai pupuk. Apalagi melihat potesi Magetan yang memiliki banyak peternak sapi,” tambahnya.
 
Selain penandatanganan MoU, Suprawoto juga berkesempatan untuk memberikan motivasi dan materi mahasiswa baru dalam Student Day yang bertajuk bertajuk Pembentukan dan Penguatan Idealisme Mahasiswa Melalui Penulisan Karya Ilmiah.
 
Kang Woto, panggilan akrabnya menjelaskan bahwa mahasiswa sebagai iron stock dan agent of change harus mampu menjadi garda terdepan dalam agenda perubahan. Ada tiga hal yang menurut Suprawoto bisa menyebabkan perubahan tersebut. Di antaranya yakni ide, teknologi dan yang terakhir adalah interaksi. “Ide-ide yang kita tuangkan dalam tulisan akan membuat perubahan. Menulis bisa memonopoli kebenaran, bahkan mampu memonopoli sejarah. Coba bayangkan jika tidak ada yang menulis, maka sejarah tidak pernah ada. Betapa menderitanya sebuah bangsa jika tidak ada yang mau menulis,” ungkapnya menegaskan.
 
Lebih lanjut, Suprawoto juga memaparkan ada sembilan cara yang bisa dilakukan untuk membentuk karakter diri yang kuat pada mahasiswa. Dimulai dengan menghargai diri sendiri, mampu mengenal dan mengendalikan diri sendiri, serta memiliki sikap mau terus belajar. Kemudian adapula kedisiplinan dan berkomitmen adalah beberapa hal yang bisa dilakukan. Adapun idealisme mahasiswa akan semakin kuat jika membiasakan diri untuk menulis. “Utamanya upaya untuk menulis karya ilmiah, ya.  Dengan membiasakan menulis, 85% dari sembilan cara membentuk karakter diri ini dapat terpenuhi sekaligus,” tutur bupati yang sudah merilis tujuh judul buku ini.
 
Suprawoto juga menyampaikan sejumlah kiat bagaimana mengelola waktu sehingga bisa tetap produktif sekalipun sibuk. Dia mengimbau kepada mahasiswa agar tidak perlu menunggu mood untuk menulis. Menulis, menurutnya, harus dipaksa dan disempatkan di sela-sela aktivitas kita. Dia menceritakan, dalam perjalanan di kereta pun ia bisa menulis. Apalagi dengan dukungan teknologi yang kian canggih seperti sekarang ini.
 
Lebih lanjut, untuk bisa mengumpulkan inspirasi untuk menulis, ada beberapa hal yang harus dipenuhi, satu yang paling utama adalah membaca buku. Suprawoto juga sempat mengisahkan kegilaannya pada buku-buku. “Jika petani menemukan kenikmatan ketika mencangkul di sawah, kalau saya, hidup terasa nikmat ketika dikelilingi oleh buku-buku. Membaca adalah healing terbaik yang mampu menenangkan saya,”tuturnya. 
 
Ia mengaku bahwa sejak tahun 80-an ia telah mengalokasikan budget khusus untuk membeli buku. Dulu sebelum bekerja, ia berkomitmen untuk membiasakan membeli buku ketika sudah mendapatkan gaji. Pernah, saking cintanya pada buku, dalam sebulan ia bisa membeli 300 judul buku sekaligus. “Berbagai kesalahan tidak perlu dilakukan ketika kita banyak membaca buku. Dari buku kita bisa belajar dari pengalaman orang lain, belajar dari ilmu orang lain,”imbuhnya. (wil)
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image