Muhammadiyah Siapkan Metode Ajarkan Islam Toleran Bagi Mahasiswa Non-Muslim

Author : Humas | Selasa, 07 November 2017 13:35 WIB
Seluruh perwakilan PTM berfoto bersama usai workshop di Hall Cokroaminoto UMM Inn.

RIBUAN mahasiswa non-Muslim yang kuliah di sejumah Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) menjadi perhatian khusus bagi Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Menindaklanjuti hal tersebut, sejumlah PTM di Indonesia, terkhusus PTM yang berada di wilayah Timur Indonesia datang ke Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk membincang metode dan materi pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) untuk mahasiswa non-Muslim.

Diadakan di Hotel UMM Inn akhir pekan lalu (3-4/11) kegiatan ini dirangkai dalam Workshop Panduan AIK untuk Non-Muslim. Workshop ini dihadiri oleh perwakilan Universitas Muhammadiyah Sorong, Universitas Muhammadiyah Kupang, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, dan IKIP Muhammadiyah Maumere.

Selain itu juga dari perwakilan STIKOM Jayapura, STKIP Muhammadiyah Sorong, STKIP Muhammadiyah Palopo, STIKES Manado, Universitas Prof Hamka Jakarta, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan tuan rumah UMM. Hadir pula perwakilan Universitas Ma Chung sebagai pembanding pengajaran mata kuliah agama

Rektor UMM Fauzan menyampaikan jika program AIK memang memiliki dinamika yang cukup tinggi dan harus mengikuti perkembangan zaman. "Jika model pembelajaran AIK itu hanya untuk kognitif saja tanpa ada tujuan afektif dan konatif, maka nantinya mahasiswa tidak akan dapat mengaplikasikannya dan hanya akan menjadi sekedar mata kuliah," terang Fauzan.

Senada dengan Fauzan, Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof Lincolin Arsyad MSc PhD menjelaskan, esensi dari AIK adalah akhlakul karimah. "Di AIK, intinya kita akan dituntun untuk berbuat baik dan berhubungan sosial secara baik," jelas Lincolin.

Asisten Rektor Bidang AIK UMM, Dr Moh Nurhakim MA juga menerangkan, luaran yang diharapkan setelah workshop adalah poin-poin penting hasil diskusi yang bisa diterapkan untuk menyusun kurikulum AIK bagi PTM, khususnya yang mayoritas mahasiswanya non-Muslim. "Contohnya ada di Sorong, Manokwari, Jayapura dan Kupang. PTM di sana mahasiswa non-muslimnya kisaran 60% hingga 90%," jelasnya. (iel/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image