Kaji Kontribusi Masyarakat Pedesaan Melawan Covid-19
Author : Humas | Rabu, 08 Juli 2020 15:45 WIB
|
Pakar gerakan sosial FISIP UMM, Dr. Oman Sukmana, M.Si, saat menjadi pemateri dalam webinar (Foto: Istimewa) |
Isu kontribusi pada pencegahan covid-19 masih menjadi fokus perhatian FISIP UMM dalam Webinar Sosiologi dalam Seminar Nasional yang digelar oleh FISIP Unsri pada hari ini, Selasa (7/7) melalui aplikasi zoom. Pakar gerakan sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Oman Sukmana, M.Si, didapuk menjadi salah satu pembicara utama dalam webinar tersebut.
Kaprodi Kesejahteraan Sosial tersebut membawakan topik Gerakan Sosial Masyarakat Pedesaan dalam Melawan Covid-19. Diikuti oleh sekitar 110 peserta dari seluruh Indonesia, Oman memaparkan bagaimana gerakan sosial berkontribusi dalam melawan covid-19.
Ada banyak jenis gerakan sosial. Tidak selamanya gerakan sosial itu berperspektif negatif, misalnya identik dengan perlawanan atau pemberontakan tentang suatu hal. Gerakan sosial berbasis kesadaran, peduli pada orang lain, adalah ciri khas new social movement. Sedangkan gerakan sosial yang cenderung dalam konteks melawan atau memberontak, adalah tipe gerakan sosial yang lama alias old social movement.
Di sisi lain perilaku kolektif yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat tidak selalu merupakan sebuah gerakan sosial, faktor pembedanya
|
Pemateri Webinar |
adalah masalah durasi. Jika aksi tersebut bertahan lama itu adalah sebuah gerakan sosial, jika sementara bisa jadi itu hanya perilaku kolektif.
Sebagai bagian dari masyarakat, masyarakat pedesaan ternyata juga memiliki peran penting dalam melawan penyebaran covid-19. Jamak kita ketahui, melalui pemberitaan media sosial, banyak desa yang kemudian membatasi akses masuk desa dan mengkarantina pendatang.
Bahkan tingkat kewaspadaan terhadap orang lain menjadi meningkat selama masa pandemi ini. Dalam konteks melawan Covid-19, apakah masyarakat pedesaan tersebut melakukan gerakan sosial atau hanya sekedar perilaku kolektif?
Menurut Oman, gerakan sosial masyarakat pedesaan sudah melebih perilaku kolektif karena diorganisir, ada pertimbangan masyarakat untuk melakukan sesuatu dan bertahan lama. Ini sesuai dengan ciri khas gerakan sosial.
“Masyarakat pedesaan melakukan aksi bersama dalam melawan covid-19 sebenarnya bisa dipahami dalam berbagai perspektif teoritik, mobilisisasi sumber daya dan new social movement theory berbasis teori identitas. Jika kita ingin aksi kolektif masyarakat menjadi sebuah gerakan sosial yang berhasil, ada sejumlah faktor determinan yang harus dikuatkan,” ungkap Oman Sukmana.
Ia menyebut harus ada tindakan pengorganisasian gerakan sosial, harus ada leader atau aktor, juga harus ada mobilisasi sumber daya misalnya finansial juga aspek pengetahuan dan hal-hal yang mendukung gerakan. Selain itu juga harus ada partisipasi dari partisipan gerakan.
Selain faktor determinan tersebut juga perlu memperhatikan aspek identitas kolektif, solidaritas dan komitmen dari masyarakat pedesaan. Selama ini kan ada indikasi masyarakat yang merasa sehat itu tidak terlalu peduli dan cenderung merasa dirinya baik-baik saja. Ini menunjukkan solidaritas di kalangan masyarakat yang kurang maksimal, khususnya masyarakat yang merasa sehat untuk membangun solidaritas pada masyarakat lain,” imbuhnya.
Namun Oman mengkritik, meski tindakan aksi masyarakat pedesaan ini sudah menjadi sebuah gerakan sosial, namun kesadaran kolektif masyarakat masih kurang sehingga perlu dimaksimalkan. (wnd/can)
Shared:
Komentar