SITUASI pandemi Covid-19 menjadi pembeda peringatan hari anak nasional (23/7) tahun ini. Wabah yang sudah berlangsung sekitar lima bulan di Indonesia berdampak pada terbatasnya ruang bermain anak. Dr. Iswinarti, M.Si, pakar psikologi bermain Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menanggapi Saat dimintai pendapatnya tentang peringatan hari anak dengan situasi seperti ini.
“Sebenarnya kita tidak perlu melakukan ceremonial berlebihan, ya. Justru ada keprihatinan dan kepedulian yang harus kita tunjukkan saat ini berkaitan dengan anak. Usia anak selalu identik dengan aktivitas bermain dan mengeksplorasi lingkungan sekitar mereka,” kata Iswinarti.
Adanya pandemi, sambungnya, tentu sangat membatasi ruang gerak anak untuk melakukan hal tersebut. Apalagi anak usia sekolah, durasi pandemi yang tidak pasti menjadikan anak mulai merasa jenuh, menolak mengerjakan tugas sekolah, bahkan ada yang jam tidur dan makannya mulai terganggu.
Baca juga: Magister Ilmu Hukum UMM Pertahankan Akreditasi A
Ketika ditanya mengenai apa yang harus dilakukan orangtua, Iswinarti menyampaikan bahwa orangtua harus mengambil perannya. “Peran krusial orangtua dalam situasi ini adalah peka mengamati perubahan-perubahan tersebut dan menghadirkan ruang bermain bagi anak meski hanya di sekitar rumah,” ujarnya.
Tetapi, lanjutnya, bukan memberikan akses sebesar-besarnya bagi anak untuk bermain gadget. Itu bisa menurunkan daya kognisi dan kemampuan sosialisasi anak, apalagi pembelajaran di sekolah sudah banyak menggunakan gadget.
Dalam kondisi ini anak-anak dinilai membutuhkan alternatif permainan. “Permainan tradisional saat pandemi sangat mungkin dilakukan. Seperti bekel, congklak lidi, dan engklek, itu permainan yang sangat menantang dan tidak membosankan".
Baca juga: Tim Pengabdian UMM Angkat Potensi Kopi Lokal Malang Selatan
Lebih lanjut bu Is menghimbau orangtua harus bisa mendampingi dan bermain bersama anaknya di rumah. Sebab, permainan tradisional itu tidak hanya sekedar bermain, tetapi cara asyik membangun karakter anak dan menjadikan aktivitas bermain sebagai fasilitas belajar.
“Dari permainan itu anak bisa belajar berhitung, melatih kesabaran, ketelitian, dan mengambil keputusan, manfaatnya luar biasa,” pungkas Iswinarti. (fth/can)