Pakar Sepak Bola UMM Beberkan Faktor Kesuksesan Timnas Juara SEA Games 2023

Author : Humas | Rabu, 17 Mei 2023 07:09 WIB
pendapat Yunan Syaifullah, pengamat sepak bola Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (Foto : Istimewa)

Keberhasilan Indonesia mengalahkan Thailand di final sepakbola SEA games 2023 Kamboja disambut euforia meriah masyarakat. Apalagi raihan tersebut menjadi pelepas dahaga untuk sepakbola Indonesia yang terakhir kali mendapatkan emas pada 32 tahun lalu. Banyak yang menilai bahwa kesuksesan itu tak lepas dari mentalitas dan kolektivitas para pemain.

Hal serupa juga disampaikan pengamat sepak bola Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yunan Syaifullah. Menurutnya, mentalitas garuda  muda patut diakui jempol. Meski kemenangan yang di depan mata buyar berkat gol menit akhir Thailand, tapi mereka masih terus berjuang hingga memastikan kemenangan di babak tambahan waktu dengan skor 5-2. 

Menurutnya, final tersebut bukan hanya pertandingan tentang sepakbola, tapi juga soal harga diri. Siapa yang bisa konsisten dan konsekuen akan memetik hasil terbaiknya. Penentuan kemenangan juga seringkali terjadi di menit krusial. Yakni berkat gol-gol di 15 menit awal maupun akhir. Terbukti dengan banyaknya gol yang tercipta di menit-menit tersebut.

Baca juga: Apakah Mie Instan Benar-benar Berbahaya? Ini Kata Dosen UMM

Terkait para pemain yang sempat dipanggil ke timnas senior, Yunan mengatakan bahwa itu merupakan sebuah kelebihan. Namun faktor utama yang menentukan kemenangan adalah kolektivitas para pemain. Timnas juga tidak bergantung pada satu atau dua pemain saja, seperti Marselino atau Witan. 

“Coba liat permainan Haykal, Taufany, dan Ananda Raehan. Mereka memang bukan berasal dari tim besar atau starter di klubnya. Namun ketenangan dan kerjasama yang apik bisa mereka lakukan di lapangan. Kombinasi mereka dengan Marselino, Sananta, atau bahkan Rizky Ridho patut diacungi jempol,” kata penulis Buku Filosofi Bola itu.

Yunan, sapaannya, juga menilai bahwa pertumbuhan sepakbola Indonesia di tiga tahun terakhir dinilai terlalu cepat. Bahkan di luar ekspektasi negara-negara lain. Terutama dalam hal teknologi, cara bermain, makanan, dan lainnya. “Beberapa tahun terakhir, Vietnam dan Thailand lah yang seringkali dianggap sebagai yang terkuat di Asia Tenggara. Namun sayang, kini pertumbuhannya melambat bahkan bisa saya bilang stagnan. Malah Timor Leste dan Kamboja yang terlihat pesat,” tambahnya.

Meski demikian, Yunan menilai bahwa pertumbuhan ini bukan mutlak karena sosok tertentu seperti Shin Tae Yong (STY) maupun Indra Syafri. Namun dengan hadirnya STY, pengelolaan sepakbola sedikit demi sedikit berubah. Jika dulu pola pikir sepakbola Indonesia adalah hasil, namun kini bergeser ke pemahaman bahwa sepakbola adalah proses. Proses panjang yang dimulai dari dasar seperti gizi, makanan, pemanasan, cara bermain, teknik dan lainnya.

Pengamat sepakbola yang juga dosen UMM itu sempat membahas mengenai potensi pemain yang hilang saat kembali ke klub. Bagaimana pemain yang bermain bagus di timnas diharapkan bisa moncer di klub masing-masing. Namun karena kurangnya jam terbang, mereka akhirnya tenggelam oleh pemain senior lain.

Baca juga: Songsong Indonesia Emas 2045, Mendag RI Sebut CoE UMM Terobosan Apik

Apalagi klub-klub di Liga 1 Indonesia pragmatis dan fokusnya hanya juara. Menurut Yunan, banyak posisi strategis klub yang diisi oleh pemain-pemain asing sehingga menekan potensi pemain lokal untuk bersinar. Padahal seharusnya, klub memberikan porsi kepada pemain muda agar bisa berkembang dan mampu melahirkan pemain berkualitas untuk timnas.

“Coba kita lihat, ada banyak posisi striker yang diisi pemain asing. Pemain tengah dan winger bagus juga jarang kita liat di Liga 1. Mungkin, posisi yang masih aman untuk pemain lokal saat ini hanyalah kiper. Terbukti dengan melimpahnya stok kiper kita di berbagai kategori umur dan tim senior,” katanya mengakhiri. (wil)
 

 

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image