Mahasiswa UMM bawa pulang silver medali dalam AISEEF (Foto: Istimewa). |
Abi Mufid Oktavio dan Farhan Rahmatullah, dua mahasiswa teknik mesin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil membuat SLEST (Stopper Sleeping Vest). Berkat inovasi ini, mereka juga sukses membawa pulang medali perak dalam ajang Asean Innovation Science Environment and Entrepreneur Fair (AISEEF), April lalu.
Adapun AISEEF adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA). Pada tahun ini, AISEEF diikuti oleh 447 tim dari 17 negara, termasuk Uni Emirat Arab, Kazakhstan, Rumania, Iran, Yunani, Turki, Makedonia, Portugal, Amerika Serikat, Korea Selatan, Tiongkok, Thailand, Singapura, Hong Kong, Filipina, Malaysia, dan Indonesia.
Baca juga : Tim E-Sport Woman UMM Raih Juara Kompetisi Nasional
Mufid, selaku ketua tim mengatakan bahwa alat yang dibuat bernama SLEST (Stopper Sleeping Vest). Alat tersebut dioptimalisasikan dengan alat deteksi detak jantung untuk melihat tingkat produktivitas pekerja saat dilapangan. “Melalui SLEST ini, kita bisa melihat tingkat kepenatan para pekerja yang terpantau di layar monitor. Ketika pekerja mengalami kelelahan dan detak jantung berdetak lebih kencang, akan muncul lampu warna merah dan suara peringatan,” jelasnya.
Lebih lanjut, mahasiswa semester empat itu juga menjelaskan, pembuatan alat SLEST membutuhkan vests pekerja proyek, alat arthritis dan pendeteksi detak jantung. Dengan begitu, alat tersebut bisa digunakan. Adapun latar belakang pembuatan alat ini karena ia menemukan banyak kasus pekerja proyek yang terkena serangan jantung akibat sering lembur hingga larut.
“Kami juga menggunakan push pull elektronik yang dikombinasikan dengan baterai dan alat arthritis. Kemudian disambungkan dengan sensor yang telah disetting menggunakan coding yang kami buat. Sensor ditempelkan di vests dan sensor detak jantung diberi lapisan plastik klip agar tidak bersentuhan langsung dengan keringat. Sensor akan error ketika terkena air,” katanya.
Baca juga : UMM-CIMB Niaga Kerjasama, Dukung Potensi Entreprenership Anak Muda
Sensor akan menyala dan berbunyi ketika mendeteksi detak jantung dibawah 50 determinate. Mufid juga menjelaskan bahwa alat SLEST ini telah diuji coba saat praktikum dan digunakan oleh pekerja proyek. “Menurut pekerja proyek yang diuji, awalnya memang pemakaiannya kurang nyaman karena perlu dekat dengan nadi. Namun demi keselamatan nyawa, ini menjadi hal yang memang diperlukan,” tambahnya.
Mahasiswa asli Kabupaten Malang itu juga menceritakan proses perlombaan. Juri yang menilai tidak hanya dari Indonesia, tapi juga dari Malaysia, Amerika Serikat, dan lainnya. Adapun aspek yang dinilai di antaranya kesesuaian tema yang dibawakan, urgensi pada sosial, dampak yang diberikan untuk masyarakat, dan kreativitas yang dibawakan.
Ke depannya ia dan tim ingin memodifikasi kembali alat yang dibuatnya menjadi lebih tipis sehingga pemakaiannya lebih nyaman dan efektif. Ia juga akna mengupgrade coding pada alat sensor deteksi agar bisa lebih leuas. “Ini masih dalam proses paten. Semoga ini bisa menjadi alat yang bermanfaat, terutama bagi kesehatan dan kebugaran pekerja proyek,” pungkasnya. (ri/wil)