Kajian rutin mingguan KAS melalui daring (Foto : Istimewa) |
Generasi milenial dianggap sebagai penerus bangsa dalam beberapa tahun ke depan. Tidak heran, banyak kajian yang membahasnya dari berbagai sisi. Begitupun dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang juga mengangkat tema generasi milenial lewat kajian rutin mingguan Kuliah Ahad Shubuh (KAS). Agenda daring yang berlangsung pada Minggu (20/12) ini mengangkat tema Dimensi Spiritual Generasi Milenial dengan menghadirkan Dr. Faridi, M.Si.
Faridi membuka materi dengan menjelaskan bahwa ajaran Islam mengapresiasi generasi milenial, umumnya para pemuda. Ia mengutip pepatah yang mengatakan syubbanul yaum rijalul ghod, sekarang pemuda esok hari sebagai pemimpin.
Tak lupa Faridi juga menyebutkan penelitian yang memperlihatkan jumlah pemuda di Indonesia yang mencapai 87% dari total penduduk yang ada. Jumlah yang besar dibandingkan negara-negara lain, khususnya negara mayoritas muslim. “Hal ini membuat kita sadar bahwa generasi milenial adalah aset yang besar dan berharga bagi Indonesia untuk membangun masa depan,” terangnya lebih lanjut.
Baca juga : Tingkat Perceraian Tinggi, Dosen UMM Terbitkan Buku Hukum Perkawinan
Dosen yang juga menjadi kepala Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UMM itu juga menyinggung hubungan antara milenial dan gadget. Kini gadget sudah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Hal itu membuat milenial susah untuk lepas dari media sosial dan juga telepon genggam yang dimiliki.
“Teknologi itu layaknya pisau, berbahaya jika digunakan oleh penjahat. Tapi akan sangat bermanfaat kalau di tangan juru masak,” ujar Faridi dalam materinya.
Meski begitu, ia berharap agar generasi milenial bisa memanfaatkan teknologi dengan baik dan benar. Apalagi penelitian memperlihatkan ada sekitar 67% anak muda yang menggunakan gadget sebagai pelarian saat tertekan dan stres. “Di sinilah nilai spiritual berperan. Mengisi kekosongan, mencoba menghadirkan tuhan lewat telepon genggam. Tuhan tidak hanya hadir di masjid, pura, atau gereja saja bukan?” tanyanya pada peserta kajian.
Dalam uraiannya, Faridi juga menjelasan tentang pentingnya keseimbangan, khususnya antara dunia dan akhirat. Ajaran Islam mengajarkan bahwa orang yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan dunia dan akhiratnya. Mencari dunia dengan tujuan meraih kebahagiaan abadi, yakni kehidupan setelah mati.
Baca juga : Abdul Mu’ti di Pengajian UMM: Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Dosen yang sempat menjadi Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) UMM tersebut juga menegaskan salah satu inti dari nilai spiritualitas, yakni akhlak. “Jika kita menerapan akhlak yang baik ke siapapun dan apapun, maka hakikatnya kita sudah memaknai nilai spiritualitas yang sangat dalam,” jelas Faridi.
Pada akhir sesi, Faridi kembali mengutip salah satu ungkapan menteri dalam kabinet Bill Clinton yang mengatakan bahwa standar kekayaan negara di era sekarang dan masa depan bukan seberapa banyak sumber daya alam yang dimiliki, melainkan seberapa bagus kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya. “Maka dari itu, generasi milenial harus bisa mendayagunakan seluruh tekonologi degan sebaik mungkin. Memaksimalkan gadget hingga akhirnya memberikan kemajuan di masa depan,”pungkasnya di akhir materi. (wil)