Penerbang paramotor membawa spanduk quote dari almarhum Prof. Dr. H. A. Malik Fadjar, M.Sc. (Foto: Humas) |
RANGKAIAN Pengenalan Studi Mahasiswa Baru (Pesmaba) luring dan daring Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tahun 2020 telah usai. Kegiatan orientasi kehidupan kampus ini diikuti 7500 mahasiswa yang berasal dari seluruh pelosok wilayah Indonesia. Pada Rabu (14/10), ribuan mahasiswa yang tersebar di 10 fakultas ini dengan resmi dikukuhkan sebagai bagian dari keluarga Jas Merah Kampus Putih. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. secara khusus memberikan sambutan yang sekaligus menutup Pesmaba UMM 2020.
Secara virtual, Haedar menyampaikan sejumlah pesan. Di antaranya, menjadi mahasiswa UMM setidaknya telah mengemban sejumlah tanggungjawab moral. Karena itu alam pikiran, sikap, cara bertindak, dan pergaulannya harusnya terpuji, terpercaya dan membanggakan. Hal ini sesuai dengan apa yang Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. dan yang juga senantiasa almarhum Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM Prof. Dr. H.A Malik Fadjar, M.Sc. sampaikan bahwa mahasiswa UMM harus menyiapkan dirinya untuk menjadi pemimpin di masa depan: Students Today, Leaders Tomorrow.
“Pemimpin itu orang yang punya posisi penting. Pemimpin itu bukan hanya yang punya keahlian semata, dan punya keahlian disiplin ilmu semata, atau pengalaman yang terbatas semata. Tetapi harus naik kelas. Menjadi orang yang di atas rata-rata yang punya visi kebangsaan, kenegaraan, dan kemanusiaan semesta yang melintasi dan melebihi dari yang lain. Karena pemimpin adalah orang yang paling di depan dan bertanggungjawab atas apa yang Ia pikirkan, lakukan, dan Ia letakkan jejaknya sebagai legacy dalam kepemimpinannya,” ungkap Haedar dalam sambungan via Zoom.
Baca juga: Persembahkan Kolase Nyanyian Rayuan Pulau Kelapa dari 34 Provinsi
Menjadi pemimpin itu, sambung Haedar, menjadi pihak yang paling bertanggungjawab di atas dan paling di depan. Haedar lantas mengutip sabda Nabi, “Kullukum ra’in wa kullukum mas`ulun ‘an ra’iyyatihi”, yang artinya adalah “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinanmu”. Pemimpin karena berada di depan dan di atas, dia memang harus bersama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Tapi dia juga sekaligus harus memiliki kelebihan. Termasuk memiliki kelebihan dalam visi kepemimpinan, kenegaraan, serta kemanusiaan semesta.
“Kalau pemimpin kemampuannya terbatas, Ia berada di ruang kecil. Dalam dunia kecil dan sempit. Bahkan, ketika pemimpin itu hebat, tetapi kehebatannya tidak disertai dengan jiwa kepemimpinan akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang fasad bil ardh, yang akan menimbulkan kerusakan-kerusakan di muka bumi. Seperti contohnya Firaun, yang kepemimpinannya disalahgunakan. Akhirnya menimbulkan bencana di dalam peradaban manusia. Serta banyak pemimpin dunia yang membikin onar dan nestapa dalam peradaban. Kehebatannya, tidak disertai ruhani kepemimpinan,” katanya.
Dari nilai-nilai keruhanian yang menjadi satu kesatuan lah yang perlu dipupuk oleh para pemimpin. Dalam hal wawasan juga, pemimpin tidak cukup hanya punya keahlian semata. Tapi harus bercakrawala luas. Visi dan pemikirannya, kata Haedar, tidak boleh sempit dari ruang dan halaman rumahnya. Dia harus melampaui kegaduhan, problem dan banyak hal dalam kehidupan di lingkup yang paling kecil. Keluarga, masyarakat, bangsa dan negara biasanya tidak dimulai dari para pemimpin yang kerdil, dan sempit wawasan. Demikian dipesankan Haedar kepada mahasiswa UMM calon pemimpin.
Sementara itu, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. dalam sambutannya juga mengajak, di tengah kondisi pandemi yang serba terbatas, untuk seluruh mahasiswa baru yang hadir di Hall Dome UMM untuk menjadi bagian dari masyarakat yang berupaya memberantas wabah ini agar segera berakhir. Dan semoga segera kita semua bisa kembali ke kehidupan yang normal. Ke kehidupan normal yang lebih agresif. “Janganlah menjadi mahasiswa yang hanya sekedar mengejar nilai formalitas, tetapi jadilah seperti mereka yang sukses membangun jati diri dan karakternya,” tandas Fauzan memotivasi. (can)