PGSD Dorong Pendidikan Inklusi untuk Kesetaraan

Author : Humas | Sabtu, 04 Juni 2016 11:13 WIB
Foto: Rino Anugrawan

PROGRAM Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerjasama dengan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogjakarta mengadakan Seminar Nasional “Education For All”, Sabtu (4/6) di Theater UMM Dome. Seminar mengangkat tema “Menyiapkan Pendidik Profesional di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”.

Menurut Sekretaris Jurusan PGSD Erna Yayuk, tema “Education For All” merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) yang dikeluarkan oleh pemerintah, bahwa yang berhak untuk mengecap pendidikan tidak hanya siswa normal saja. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pun juga berhak menerima pendidikan yang setara, atau yang biasa disebut pendidikan inklusi. “Inilah yang menjadi ciri khas dari PGSD UMM, yaitu pendidikan berbasis inklusi, satu satunya di Indonesia,” papar Erna.

Erna menjelaskan, pendidikan Inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) untuk belajar bersama-sama dengan anak normal di sekolah umum, sehingga potensi anak berkembang optimal. “Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi adalah sekolah umum atau biasa yang memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik normal dan PDBK secara bersama-sama,” paparnya.

Sementara itu, Dosen PGSD FKIP UMM Endang Poerwanti menilai, kadangkala perkembangan anak tidak sesuai yang diharapkan. “Dulu ABK dididik secara khusus di SLB (Sekolah Luar Biasa) dan SDLB. Namun, sekarang ada kebijakan baru yaitu pendidikan inklusi di mana ABK diikutsertakan untuk belajar bersama dengan anak normal di sekolah umum dan menjadi bagian dari masyarakat sekolah. Sayangnya, guru SD tidak disiapkan untuk mengelolah pendidioan Inklusi,” jelasnya.

Di sisi lain, Teknolog Pembelajaran Universitas Negeri Malang Nyoman S. Degeng menilai pendidikan pada jaman dahulu sedikit sekali para pendidik yang menggunakan budaya mengajar profesional. Karena itu, ia mengajak untuk membangun proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi.

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan mestinya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”, tutur Nyoman.

Cara mengubah paradigma pendidik dengan belajar mengajar kreatif mulai dari hal terkecil yakni memulai mengabsen murid di kelas dengan cara yang berbeda hingga memulai proses belajar dikelas dengan hal yang baru dan menarik. “Memulai paradigma revolusi belajar dengan memadukan hal yang terkecil seperti tegas, lembut, disiplin, sabar, senyum, mesra, lembut, dan dengan ketulusan hati”, ungkap Nyoman.

Selanjutnya, Dosen Prodi PGSD UAD Dr. Suyatno M.Pd.I menjelaskan, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sekolah dasar ke depan. Pertama, struktur kurikulum maupun proses pembelajaran di sekolah harus mampu memberikan bekal kepada anak didik secara seimbang antara keilmuan agama dan keilmuan umum. Kedua, proses pembelajaran dari rumpun keilmuan tersebut tidak bisa hanua sebatas pembelajaran kognitif, melainkan lebih banyak menekankan penanaman karakter.

“Oleh karena iti, paradigma yang digunakan adalah values based education bukan values education. Jika sekolah dasar dapat memenuhi dua kriteria itu, tidak mustahil mereka akan menjadi pilihan masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya, khususnya dari kalangan menengah Muslim”, ujar Suyatno. (roh/han)
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image