Pita Hitam UMM di 40 Hari Tragedi Kanjuruhan dan Hari Pahlawan

Author : Humas | Kamis, 10 November 2022 06:47 WIB
Mahasiswa UMM Memakai Pita Hitam Untuk Memperingati Tragedi Kanjuruhan. (Foto: Syifa Humas)

Meski tragedi Kanjuruhan terjadi sebulan yang lalu, namun duka dan kesedihannya masih terasa. Bukan hanya bagi keluarga korban tapi juga seluruh warga Malang, termasuk sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Salah satunya melalui pengenaan pita hitam oleh mahasiswa, dosen dan pegawai UMM pada 9-10 November 2022. Pun dengan bendera setengah tiang yang hingga sekarang masih terpasang di berbagai area kampus UMM. Selain itu juga bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional yang diperingati 10 November ini.

Wakil Rektor II UMM, Dr. Nazaruddin Malik, M.Si. mengatakan tragedi kanjuruhan hendaklah dijadikan titik untuk koreksi diri dan mawas diri. Apalagi sebagai bangsa besar, seharusnya peristiwa semacam tersebut tidak boleh terjadi di Indonesia. Bahkan menurutnya, tragedi tersebut tidak akan pernah ditolerir karena menunjukkan tingkat peradaban kemanusiaan bangsa Indonesia.

Nazar, sapaan akrabnya menegaskan, Muhammadiyah melekat dengan jiwa pengorbanan untuk membangun kemajuan peradaban. Pun dengan Kampus Putih UMM yang senantiasa berupaya untuk berperan dalam membangun berbagai aspek kehidupan bangsa. Sehingga mampu mencapai peradaban yang maju.

Baca juga: Hadir di PPG UMM, Dirjen Kemendikbud RI Sebut Sistem Pendidikan Indonesia Kurang Karsa

“Kita semua tentu berduka di hari Pahlawan tahun ini karena hilangnya nyawa ratusan nyawa Aremania. Maka tragedi ini harus diusut tuntas hingga menemukan titik terang dan dijadikan sebagai pelajaran untuk berbenah bagi seluruh elemen bangsa,” ucapnya.

Nazar, sapaan akrabnya menjelaskan bahwa UMM secara kultural sangat dekat dengan Aremania. Hal itu tidak lepas dari adanya koordinator wilayah (Korwil) Aremnia Kampus Putih yang mnejadi ikon pembangunan budaya dan peradaban Malang raya.

Sementara itu, mahasiswa Teknik Sipil UMM Kaniala Intan, menilai peristiwa Kanjuruhan merupakan hal yang membuat masyarakat sedih dan pilu. Terlalu banyak korban yang jatuh hanya karena ingin menonton pertandingan sepak bola.

Baca juga: Dari Limbah Bir hingga Biogas, Ini Hasil Pengabdian Tim Dosen UMM

“Banyak kerugian yang diakibatkan baik secara materail maupun moral. Saya juga yakin para keluarga korban masih merasakan duka mendalam karena kehilangan. Meski terus berjalan, namun proses peradilan kurang maksimal, bahkan ada beberapa oknum yang melindungi,” ungkapnya.

Terkait hari pahlawan, Intan berterimakasih kepada para pahlawan yang telah mengupayakan kemerdekaan. Berkat tumpah darah mereka, masyarakat Indonesia bisa hidup dengan damai tanpa penjajahan.

“Maka, kita memang seharusnya mampu menjadi pahlawan pada masa kini. Salah satunya yakni menjadi orang yang berani mengutarakan sesuatu yang salah dna melenceng dari kebenaran. Kemudian saling bahu-membahu membenarkan dan memperbaikinya,” tegasnya mengakhiri. (wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image