Salah satu sudut keindahan Wisata Alam Brakseng. (Foto: Istimewa) |
KARYA Praktikum Public Relations yang dihasilkan oleh Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memang tidak ada habisnya. Di saat pandemi covid-19, kreatifitas dan produktifitas praktikum tetap terjaga. Melalui 6 orang mahasiswa yang targabung dalam kelompok Athena melalui praktikum Public Relations & Event Management mampu membranding areal pertanian yang ada,areal Brakseng Desa Sumberbrantas,Kecamatan Bumiaji menjadi destinasi wisata baru di kota Batu.
Sebelumnya, tahun 2016 kelompok GuysPro mampu menyulap kampung Jodipan; pemukiman padat dan kumuh di kota Malang, menjadi Kampung Warna Warni Jodipan (KWJ). Tetap melalui praktikum yang sama, April 2018 kelompok Prospero PR mampu menghasilkan kampung tematik, Kampung Hijau Tempenosaurus dan sekaligus mampu memecahkan Rekor Muri Replika Dinosaurus Terbesar dari Tempe saat launching kampung tersebut.
Jamroji, M.Comms, selaku dosen pengampu dan pendamping mata kuliah Praktikum Public Relations menyatakan bahwa, setelah keberhasilan kelompok praktikum mahasiswa merubah kampung kumuh Jodipan menjadi Kampung Warna-warni Jodipan, yang akhirnya menjadi ikon wisata utama di kota Malang pada tahun 2016, maka sejak 2017 praktikum Public Relations Prodi Ilmu Komunikasi UMM difokuskan untuk melakukan Destinations Branding pada desa-desa yang ada di Malang Raya.
Baca juga: UMM-KEK Singhasari Teken Kerjasama Penguatan Pendidikan Vokasi
“Termasuk tahun akademik 2019/2020 kemarin, ada 18 kelompok praktikum mahasiswa peminatan Public Relations yang dikirim ke 9 desa yang ada di Kecamatan Bumijai Kota Batu. Tugas mereka adalah mengindentifikasi potensi tiap desa, mendesain konsep wisata berdasar potensi yang ditemukan serta melakukan aktivitas branding sampai mengadakan event untuk mengenalkan wisata di desa tersebut,” ungkap Jamroji, M.Comms, yang juga creator dari Jasmerah Mob UMM ini.
Dikarenakan wabah Covid-19, berbagai aktivitas event yang telah dirancang oleh 18 kelompok mahasiswa praktikum, serta telah dianggarkan ratusan juta rupiah oleh 9 desa di Kecamatan Bumiaji akhirnya harus dialihkan ke aktivasi via online, papar Jamroji. Lebih jauh beliau menjelaskan bahwa salah satunya adalah kelompok yang melakukan destination branding untuk areal pertanian di Brakseng menjadi “Wisata Alam Brakseng”.
Mulai bulan Maret 2020 gencar melakukan aktivasi branding melaui berbagai platform media sosial, terutama media Instagram dan berhasil mendapatkan ribuan follower serta ratusan ribu reach dan impression. Maka tidak heran jika sekarang areal Wisata Alam Brakseng dikunjungiribuan pengunjung tiap bulanya.
Wisata Alam Brakseng berlokasi di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Wisata ini baru berjalan resmi di pertengahan tahun 2020 yang diinisiatori oleh dosen pembimbing, Jamroji, M.comms dan 6 mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM yaitu Dio BayuSaputra, Luthfan Almas Silva, Megawati Putri, Ananda Gemilang, Indah Amelia dan Fitrisia Aura lewat program praktikum Public Relations & Event Management.
Awalnya Brakseng hanya sebuah kawasan pertanian milik perorangan yang punya hasil komoditi dengan kualitas terbaik seperti kentang, wortel, sawi dan lain-lain. Asal-usul nama “Brakseng” sendiri yaitu gabungan dari kata “Brak” yang berarti gubuk, dan “Seng” yang berarti lempengan besi berbentuk pipih dan tipis. Dulu, di kawasan ini terdapat suatu gubuk yang mempunyai atap dari bahan besi yang pipih dan tipis, namun sekarang gubuk tersebut sudah tidak ada lagi.
Perjalanan kelompok Athena sebelum Wisata Alam Brakseng ini sesukses sekarang, banyak sekali kendala dan hambatan yang ditemui, mulai dari beberapa program yang sempat ditolak, enggannya masyarakat Desa Sumberbrantas jika kawasan Brakseng dijadikan destinasi wisata, banyaknya tanaman petani yang rusak akibat diinjak orang luar desa untuk berfoto secara gratis, sempat terjadi salah paham antara Karang Taruna desa dengan kelompok Athena, serta kurangnya komunikasi antara pihak desa, Karang Taruna, Petani, Linmas dan warga setempat.
Tidak hanya itu, tantangan yang seringkali dihadapi kelompok ini adalah jauhnya jarak antara kampus dengan lokasi Brakseng yang ada di Desa Sumberbrantas dengan menempuh jarak sekitar satu jam, locus desa yang paling jauh diantara kelompok praktikum lainnya. Belum lagi cuaca di tahun ini yang tidak menentu mengakibatkan kelompok Athena seringkali menunda pertemuan karena hal tersebut dan harus mematangkan kembali strategi serta rencana program yang akan dikembangkan.
Baca juga: Gagasan SAPA KEMENLU Menangi LKTI Nasional
Meskipun kelompok ini sempat menemui jalan buntu dan frustasi akibat permasalahan internal kelompok, akhirnya mereka termotivasi kembali untuk bersama menyelesaikan permasalahan tersebut meskipun harus melalui proses diskusi panjang sebelum mendapatkan hasil positif yang didapat sekarang ini terkait Wisata Alam Brakseng, yaitu membuat terobosan teknik promosi jitu lewat program praktikum Public Relations 3 (PR & Event Management), yaitu dengan cara mem-branding Brakseng sebagai wisata lewat stiker dan pamflet “Jangan Injak Tanaman” serta publikasi di berbagai platform digital, karena media sosial tersebut punya dampakyang besar untuk menyebarkan informasi dan menggaet pengunjung secara cepat.
“Praktikum ini bagus, dengan hadirnya dosen pendamping yang sangat tegas, lugas dan berkompeten dibidangnya, serta adanya pressure tinggi yang ada di praktikum PR Ilmu Komunikasi UMM, seperti wajib menyetor proggres report yang harus berkembang di setiap minggunya dan tidak peduli seberapa sulit problem harus bisa terselesaikan segera. Hal itulah yang membuat semua mental mahasiswa diuji layaknya berada di dunia kerja, bahkan lebih berat,” ujar Dio, salah satu anggota kelompok Athena
“Namun akhirnya kami sadar dan berterimakasih kepada dosen-dosen khususnya Bapak Jamroji, bahwa tekanan seperti itulah yang mampu menghasilkan lulusan terbaik dan menciptakan karya yang luar biasa,” pungkas Dio.
Harapannya dengan adanya program Praktikum Public Relations yang ada di Prodi Ilmu Komunikasi UMM yaitu mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kredibilitas tinggi dan terus berkolaborasi dengan desa-desa di Indonesia untuk membantu pemecahan masalah dengan cara mengembangkan potensi yang ada untuk meningkatkan perekonomian daerah. (*/can)