Firmansyah Shiddiq Wardhana saat menjelaskan materi dalam acara Financial Intitutions Persistence on Digital Reform (Foto: Haqi Humas) |
Prodi Ekonomi Pembangunan (EP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memperluas kerjasamanya. Terbaru, mereka menggaet Alami Fintech pada Rabu (20/7) lalu sebagai upaya untuk mencetak mahasiswa dan alumnus yang skillful. Selain memorandum of understanding (MoU), dalam kesempatan itupula dilaksanakan kuliah tamu kebanksentralan yang mengundang sederet pembicara bertema “Financial Intitutions Persistence on Digital Reform”.
Firmansyah Shiddiq Wardhana selaku Tim Alami Fintech menjelaskan bahwa saat ini dunia perbankan mengalami evolusi keuangan. Hal itu mengakibatkan perpindahan sistem keuangan konvensional ke digital. Maka perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang cakap akan digital.
“Ini juga menjadi peluang besar ekonomi syariah untuk terus berkembang dan maju. Apalagi melihat Indonesia yang dipadati oleh masyarakat beragam islam,” tegasnya.
Turut hadir dalam agenda itu perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Hendra Wangsa. Ia menuturkan bahwa sentralisasi pembayaran sudah berpaling dari konvensional menuju digital. Saat ini, BI memasifkan pembayaran non-tunai, dimulai dengan sala satu sistem pembayaran yaitu Qris.
Baca juga : UMM Dampingi Warga Sragi Blitar Kembangkan Potensi Minuman Alami
Menurutnya, evolusi pembayaran ini berawal dari kartu kredit kemudian ebralih pada pembayaran online. Pun dengan model pembayaran di supermarket dan UMKm yang sudah menggunakan sistem virtual currency. “Pembayaran non-tunai ini sedang terus kami upayakan. Salah satunya melalui sosialisasi kepada para pelaku UMKM serta masyarakat luas,” ucapnya.
Di sisi lain, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMM Dr. Idah Zuhroh.,M.M. menilai bahwa selama pandemi Covid-19 perekonomian bangsa Indonesia mengalami penurunan yang signifikan. Maka, saat era normal kembali, Indonesia harus segera meningkatkan ekonomi dengan baik. Menariknya, selama pandemi Indonesia tidak seperti negara kebanyakan yang mengalami resesi.
“Terkait pengawasan, bank-bank di Indonesia sudah diawasi dengan baik oleh otoritas kejaksaan. Sementara BI lebih bertugas mengawasi secara makro kepada bank-bank lainnya agar peredaran keuangan Indonesia tetap stabil,” tambahnya.
Baca juga : Tim UMM Sabet Juara Kompetisi Debat Nasional
Idah, sapaan akrabnya berharap digitalisasi keuangan Indonesia sudah dapat tercapai dalam aspek inklusi. Pun dengan literasi dalam digitalisasi bisa seimbang dengan inklusi. Utamanya dalam transformasi digital dunia perbankan.
“Ini menjadi potensi sekaligus tantangan bagi kami dalam mengembangkan perbankan syariah. Terlebih kami melihat adanya peluang dalam membantu sistem keuangan bagi UMKM di tengah arus zaman,” imbuhnya. (haq/wil)