Psikologi UMM Gelar Webinar Pengembangan Individu Berkebutuhan Khusus

Author : Humas | Kamis, 01 Juli 2021 15:45 WIB
Dr. Tulus Winarsunu memaparkan materi dalam berlangsungnya webinar (Foto : Istimewa)

Melihat kurangnya kesempatan kerja bagi individu berkebutuhan khusus, LPT Pengembangan Individu Berkebutuhan Khusus (PIBK) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) gelar seminar nasional. Agenda ini dilaksanakan dalam rangka menyikapi fenomena individu berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan perhatian agar lebih mandiri, sehingga memperoleh akses untuk bekerja dan hidup yang layak. Adapun seminar ini dilaksanakan pada Sabtu (12/6) lalu.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Psikologi UMM, Muhammad Salis Yuniardi, Ph.D mengawali acara dengan memberikan pengantar seputar kisah anak romawi. Anak itu selalu berusaha membantu mereka yang mengalami kegagalan, terlantar dan yatim piatu. “Dari kisah tersebut, mari bersama-sama memberikan kontribusi dan bekerjasama untuk membantu individu berkebutuhan khusus agar mampu  mendapatkan pekerjaan yang layak,” ajak Salis.

Kemudian, pemaparan pertama diberikan oleh Dr. Tulus Winarsunu M.Si. Ia menjelaskan lebih lanjut terkait persiapan masa transisi untuk menghadapi kehidupan setelah sekolah dan dunia kerja bagi siswa berkebutuhan khusus. Ia memaparkan sebuah riset tentang gejolak individu berkebutuhan khusus di masa pandemi. Hasilnya, ia menemukan bahwa pandemi memunculkan kerugian bagi individu berkebutuhan khusus yang semakin mengalami gangguan double disadvantage.

Meski sedikit, masih ada keuntungan dari masa pandemi yang dirasakan oleh mereka, yakni mudahnya pemantauan. Tetapi sejauh ini masalah yang terjadi  jauh lebih besar daripada keuntungan. Selain itu, adapula masalah lain yang mengintai yakni perubahan mood serta kesejahteraan pada individu berkebutuhan khusus. Gejala ini dinamakan dengan gangguan worse mental well-being.

Baca Juga : Kukuhkan Diri di Level Internasional, Psikologi UMM Raih Sertifikasi AUN-QA

“Banyak rutinitas yang sekarang tidak biasa dilakukan atau disebut dengan lose of progress and skills. Selain itu, berkurangnya teman mengakibatkan munculnya increased social isolation serta terjadinya physical deterioration and ucertain futures,” terangnya.

Selanjutnya, Mike Ragnar, pemilik Burger Buto menerangkan terkait bagaimana pengalamannya menyediakan pekerjaan bagi individu berkebutuhan khusus di Malang. Beberapa di antaranya yakni tuna grahita berat dan ringan, tuli, dan individu berkebutuhan khusus lainnya. Menurutnya, mereka sebenarnya bisa bekerja namun dengan perhatian ekstra. Banyak peluang untuk mereka tetapi kita harus telaten. Sejak 2015, Kedai Buto sudah mulai membuka lowongan untuk disabilitas. Dimulai dengan memberikan pengertian sealam 3-6 bulan, kemudian baru bisa ditempatkan di berbagai bagian.

“Sebelum pandemi, kami sempat menerima training untuk anak disabilitas, tetapi semenjak ada pembatasan semua terhenti dan beberapa pekerja diberhentikan. Saat ini yang terpenting adalah kualitas bukan kuantitasnya. Cita-cita saya adalah mempekerjakan para individu berkebutuhan khusus di garda terdepan. Saya mempersiapkan mereka untuk belajar menulis dan segala hal yang dibutuhkan,” jelas Mike.

Baca Juga : Tekuni Dunia Film Sejak Kuliah, Alumni UMM ini Sukses Jadi Publisis

Dewanti Rumpoko Walikota Batu salah satu pembicara pada webinar (Foto : Istimewa)

Narasumber lainnya, Dra. Dewanti Rumpoko, M.Si selaku Walikota Batu turut andil menyampaikan materi mengenai peluang berkarir bagi peserta didik berkebutuhan khusus. selain itu juga membahas kompetensi yang perlu dikembangkan. Sebagai Walikota, Ia mengaku seringkali memberikan kesempatan bekerja bagi disabilitas dalam sektor pemerintahan.

Menurutnya, salah satu yang bisa membuka pintu peluang bagi mereka adalah adalah orang tua. Orang tua harus terus mendorong anak untuk percaya diri. “Yang dibutuhkan penyandang disabilitas bukan hanya belas kasih atau fasilitas yang mengkhususkan saja, melainkan dukungan pemerintah dengan memberi kesempatan yang sama di berbagai aspek,” tegasnya.

Dijelaskan Dewanti, sebenarnya orang-orang di sekitar memiliki empati yang sangat besar terhadap disabilitas. Demi meningkatkannya, perlu adanya dorongan menjalin kerja sama antar pengusaha, pemerintah, dan instansi untuk memberikan lapangan usaha. Selain itu juga menyediakan fasilitas tempat yang layak bagi individu berkebutuhan khusus sehingga mereka bisa berdikari. (syi/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image