PUSAM UMM Ajak Tilik Lebih dalam "Kehidupan Syariah" di Aceh

Author : Humas | Senin, 16 April 2018 17:04 WIB
 
Pusat Studi Agama dan Multikulturalisme Universitas Muhammadiyah Malang (PUSAM UMM) dan The Asia Foundation menggelar acara Peluncuran Buku dan Diskusi bertajuk Syari’ah dan HAM: Belajar dari Pengalaman Aceh bertempat di RSS UM, Senin (16/4). 
 
Dalam hal ini, PUSAM UMM mendatangkan 4 pembicara sekaligus, yaitu Budhy Munawar-Rachman dari The Asia Foundation, Ruhaini Dzuhayatin Ketua Komisi HAM Organisasi Kerjasama Islam 2012-2014,  M. Alkaf yang merupakan dosen IAIN Cot Kala-Langsa Aceh, dan Noviandy Dosen IAIN Cot Kala-Langsa Aceh yang juga merupakan salah satu penulis buku Perempuan dan Hak Asasi Manusia. 
 
Sebagai pembicara pertama, M. Alkaf yang merupakan dosen IAIN Cot Kala-Langsa Aceh,  memaparkan sejarah tentang munculnya syari’at Islam di Aceh. Menurutnya, di tahun-tahun awal 45 setelah proklamasi kemerdekaan, saat Indonesia masih menjadi republik muda, Bung Karno yang dalam perjalanannya ke seluruh wilayah Indonesia termasuk Aceh, meminta bantuan kepada seorang ulama besar Aceh yaitu Daud Beureuh. Kepadanya Presiden pertama RI tersebut meminta agar Aceh turut serta membantu mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. 
 
"Setuju dengan hal tersebut, Daud Beureuh mengajukan syarat bahwa setelah perang selesai Aceh harus bisa menerapkan syari’at islam,"urai Alkaf.
 
Membahas hal yang lebih lebar, dosen IAIN Cot Kala-Langsa Aceh yang juga salah satu penulis buku Perempuan dan Hak Asasi Manusia "Narasi Agama dalam Imajinasi Negara Bangsa di Aceh" Noviandy menjelaskan tentang kerekatan budaya dan agama di Aceh.
 
Noviandy menguraikan, agama dalam masyarakat Aceh berada dalam kehidupan budayanya. Karena itu, langkah kehidupan masyarakat Aceh ditentukan oleh syari’at.
 
"Dan budaya tersebut adalah bagian dari syari’ah itu sendiri,"pungkasnya.(war/sil)
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image