Yunan Syaifullah, SE., M.Sc., dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (Foto: Zaki Humas) |
Dari segi ekonomi tidak ada hal yang menarik dengan terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Hal tersebut diungkapkan oleh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yunan Syaifullah, SE., M.Sc. Menurutnya, tanpa adanya gelaran Piala Dunia 2022, Qatar sudah menjadi pelaku ekonomi besar di wilayah Timur Tengah. Dimana Qatar merupakan salah satu negara terkaya sebagai produsen minyak dunia. Selain itu Qatar juga memiliki pertumbuhan ekonomi 6,3 % dan Gross Domestic Product (GDP) mencapai 176 miliar dollar AS.
Yunan kembali menjelaskan jika dilihat secara teori pembangunan, keputusan Qatar sebagi tuan rumah perhelatan sepak bola yang diadakan setiap empat tahun sekali ini disebut teori terbalik. Jika dahulu negara besar yang mendominasi perekonomi dunia seperti Amerika Serikat dan Eropa, tapi hari ini ada tren atau kecendrungan bahwa negara-negara yang tidak diperhitungkan bisa menjadi pemain.
Baca juga: RBC UMM Kaji Respons Muhammadiyah di Tahun Politik 2024
“Pada dasarnya setiap negara yang menjadi tuan rumah dalam Piala dunia, akan mengalami pola yang sama dari sektor ekonomi. Di antaranya seperti peningkatan pendapatan di industri travelling baik dari transportasi maupun perhotelan. Pun dengan potensi terbukanya pasar baru di bidang merch atau brand global seperti Adidas, Nike, Puma dan lainnya,” ungkap Yunan.
Faktanya, Qatar menjadi negara yang menggelontorkan dana paling besar sepanjang sejarah Piala Dunia, yakni senilai 200 Miliar dollar AS. Biaya yang fantastis itu merupakan bentuk harga diri bagi Qatar sebagai bentuk eksistensi negara penetrasi ekonomi. Selain itu juga sebagai pembuktian antitesa teori-teori pembangunan yang telah dibahas sebelumnya, bahwa negara-negara yang dianggap kecil juga bisa ikut andil dalam ekonomi dunia.
Baca juga: Baru Diresmikan, Marching Band UMM Ramaikan Manahan
“Jika dilihat dari teori rasionalitas eknomi, banyaknya dana yang dikeluarkan Qatar di Piala Dunia itu berdasarkan pada ego dan kepentingan. Dalam hal ini, Qatar sebagai pelaku ekonomi tidak hanya memiliki tujuan di aspek ekonomi saja, tapi juga beriringan dengan kepentingan-keptingan lain seperti politik,” terang Yunan.
Menurut Yunan, ajang ini menjadi kesempatan bagi negara-negara untuk membktikan kekuatannya, termasuk negara-negara yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Apalagi melihat ada sederet negara besar yang gagal melaju ke putaran final Piala Dunia. Hal itu dikarenakan munculnya kejutan dari negara yang tidak memiliki tradisi sepakbola. “Ini bisa mnejadi peluang bagi mereka untuk menunjukkan bahwa setiap negara memiliki potensi dan aktor,” katanya mengakhiri. (zak/wil)