Salahb satu anggota kelompok menunjukkan desain alat rancangannya. (Foto: Istimewa) |
Tahun ini ada 8 tim dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang lolos ajang Pekan Ilmiah Nasional. Salah satunya adalah tim yang diketuai oleh Lutfi Aish, mahasiswa Program Studi Informatika UMM angkatan 2017, yang menjadi tim UMM yang lolos di skema PKM-T (Program Kreatifitas Mahasiswa – Teknologi).
Bersama dua rekannya dari Informatika M. Fikri Azhar dan Amarul Akbar, juga berkolaborasi dengan rekan lintas bidang. Yakni Safira Rikza Charira, mahasiswa Teknologi Pangan angkatan 2018. Mereka memberi solusi bagi permasalahan yang dialami petani jamur tiram.
Awalnya, Lutfi mendengar permasalahan secara langsung dari petani jamur tiram di desanya Karangagung Tuban. Seperti area pesisir pada umumnya, Desa Karangagung memiliki suhu relatif tinggi hingga 34 derajat Celcius dengan kelembaban 50 hingga 80%. Hal ini kurang memungkinkan untuk pertumbuhan jamur yang membutuhkan suhu udara berkisar antara 16-24 derajat Celcius dengan kelembapan 60-70%.
Suhu dan kelembapan yang tidak sesuai tersebut menyebabkan baglog jamur banyak mengalami kerusakan. Sehingga mempengaruhi penghasilan petani. Dari 1000 baglog, kerusakan baglog yang terjadi bisa mencapai 200 baglog setiap 6 bulan. Kerusahan ini mempengaruhi pendapatan petani jamur sehingga mengalami kerugian.
Baca juga: UMM-KADIN Jawa Timur Kerjasama Wujudkan Merdeka Belajar
Desain rancangan tim PKM-T UMM. (Gambar: Istimewa) |
Selain mempengaruhi pendapatan mitra, kondisi desa tersebut juga menyebabkan suhu dan kelembaban pada kumbung jamur milik mitra tidak stabil sehingga mitra harus melakukan penyiraman manual 5-6 kali sehari yang menghabiskan waktu dan tenaga agar kondisi kumbung jamur tetap pada suhu dan kelembaban optimal.
Setelah berdiskusi dengan rekan-rekannya dan dari bimbingan dosen Nur Hayatin, S.ST, M.Kom, akhirnya mereka menggagas sebuah rancangan alat optimalisasi suhu dan kelembaban untuk membantu petani jamur tiram. Dengan menggandeng mitra Muhammad Anwar, salah satu petani jamur tiram Desa Karangagung yang memiliki permasalahan.
Rancangan alat ini telah lolos pendanaan PKM Kemendikbud dan telah lolos menuju PIMNAS 33. “Alat ini dapat diimplementasikan untuk membantu permasalahan mitra terkait pengendalian suhu dan kelembapan dalam kumbung jamur secara otomatis,” terang Amar, desainer alat.
Rancangan alat menggunakan microcontroller arduino dengan menggunakan kabel jumper untuk menghubungkan sensor kelembaban, relay dan sensor suhu DHT yang dapat disatukan di dalam board. Alat nantinya diletakkan pada kumbung mitra yang berukuran 4x8x3m berkapasitas 1000 baglog.
Baca juga: Rizkyka Wakili Jawa Timur di Ajang Putri Hijab Nasional
Alat ini akan bekerja apabila suhu dan kelembapan rumah jamur tidak sesuai. Air akan dipompa menuju pipa air. Sprayer akan mengeluarkan kabut pada pipa bagian atas dan bagian bawah. Apabila suhu dan kelembapan telah optimal, sprayer akan otomatis berhenti dan LCD display menampilkan suhu dan kelembaban yang kembali optimal.
Lutfi meyakinkan bahwa rancangan alat ini sudah sesuai dengan kondisi mitra. Di sisi lain pengaplikasiannya mudah juga ketahanan alat yang cukup lama, yakni sekitar 2-3 tahun. Selain itu harganya tergolong murah dibandingkan dengan alat yang sejenis. Dari hasil evaluasi, mitra memberi tanggapan positif terhadap desain alat dan berharap alat dapat diimplementasikan di rumah jamur.
“Rancangan alat ini sudah didemokan kepada mitra kami, dan mitra memberikan feedback positif. Setelah kegiatan berlangsung, mitra diharapkan dapat menerapkan alat secara mandiri dan dapat memberikan wawasan serta informasi mengenai alat kepada petani jamur lain di desa tersebut,” tutur Lutfi. (*/can)