Ahmad Rizki Mubarok, alumnus Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) (Foto : Istimewa) |
Idul Adha tinggal menghitung hari, jumlah penjualan hewan ternak untuk kurban juga meningkat. Jika biasanya pengusaha hewan ternak datang dari kalangan orangtua, namun hal itu tidak berlaku untuk bisnis Ahmad Rizki Mubarok, alumnus Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Ia yang mendapat keuntungan ratusan juta sempat menceritakan dan memberikan tips berbisnis hewan kurban dalam UMM Talks pada 24 Juni lalu.
Barok, sapaannya, bercerita bahwa berdagang bukan hal asing baginya. Sejak masih sekolah ia sudah mencoba peruntungannya. Misalnya saja menjual jamu dan memasarkannya ke sekolah. Hingga kini bisa mengembangkan bisnis ternaknya. Semua berawal dari kunjungannya ke salah satu rumah tetangga dan sesekali membantu mereka dalam merawat hewan. Kemudian ketertarikannya semakin menguat dan Barok memutuskan untuk mengawali bisnisnya.
Baca Juga : Wantimpres Sebut UMM Miliki Roadmap Memajukan Indonesia
“Berangkat dari uang tabungan saya dan dibantu keluarga, modal awal usaha saya waktu itu 30 ekor kambing pada 2013 lalu. Sayang, saat itu hanya dua ekor yang berhasil dijual. Setelah saya pelajari, ternyata strategi penjualannya kurang maksimal. Akhirnya saya berdiskusi dengan banyak teman dan rekan cara memasarkan hewan kurban dengan efektif. Akhirnya saya memasarkannya ke dosen-dosen, masjid, dan mushola yang membutuhkan hewan kurban,” jelasnya.
Waktu sepuluh tahun menjadi bukti tekad kuatnya dalam membangun usaha. Barok juga belajar dari dasar bagaimana cara merawat hewan ternak. Menurutnya, menjaga kesehatan hewan tidak jauh berbeda dengan manusia. Yakni dengan memberikan makanan yang sehat hingga kandang yang layak.
“Kalau kandangnya kurang bersih, kambing dan domba akan kembung dan menderita gudik. Hal ini akan menurunkan harga jual, bahkan tidak layak dijual. Maka dari itu saya membuat kandang seperti rumah panggung, agar kotoran kambing dan domba bsia otomatis jatuh ke bawah,” katanya.
Barok juga menjelaskan, herawat hewan ternak itu tidak mudah. Banyak yang perlu dipikirkan, pemilihan bibit hewan ternak kira-kira 80% dan 16% untuk pakan ternak, sisanya adalah untuk biaya lainnya seperti pengobatan, kandang, dan kebersihan hewan dan lingkungannya,” katanya
Baca Juga : Tim Dome UMM Juara Satu Kontes Robot SAR Nasional
Terkait strategi pemasaran, ia menekankan pada pemanfaatan momen. Misalnya saja dengan menggencarkan promosi di bulan-bulan dekat Idul Adha dan Idul Fitri. Pun dengan agenda-agenda akikah. Untuk menyiapkan hewan layak sembelih, pria asli Malang itu mengaku membutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan sebelumnya. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah lemak hewan, kesehatan, hamil atau tidak, umur kambing, hingga ketebalan bulu. ia mengatakan bahwa hewan ternak yang ia tawarkan memiliki bobot 13-28 kilo untuk siap dijual.
Di samping itu, relasi dan koneksi yang banyak juga turut mebantu berkembangnya usaha bisnis ternak. “Mempunyai relasi yang banyak memudahkan kita untuk berbagi informasi, utamanya mengenai kebutuhan konsumen. Sejauh ini saya cukup nyaman. Apalagi hewan yang kami pasarkan digunakan untuk berkurban dan hal-hal baik sehingga terasa berkahnya. Saat ini saya dan teman-teman juga membuka jasa penyembelihan di sederet masjid,” kata Barok mengakhiri. (Ri/Wil)