Republika Ajak UMM Kuatkan Sinergi Kampus-Media Massa

Author : Humas | Selasa, 23 Februari 2016 18:11 WIB
Rektor UMM, Fauzan (kiri) memberikan cinderamata pada Direktur Utama Republika, Agoosh Yusron di Ruang Tamu Rektor UMM selepas berbincang tentang sinergi kampus-media massa. Foto : Rino Anugrawan

UNIVERSITAS Muhammadiyah Malang (UMM) kedatangan tamu dari harian nasional Republika, Selasa (23/2). Rombongan terdiri dari direktur utama Republika Agoosh Yusron, wakil pemimpin redaksi Irfan Junaidi, direktur operasional Arif Hilman, perwakilan Republika Yogyakarta Alfi Arumburi, dan reporter Republika Jawa Timur Christia Ningsih.  

      Rombongan diterima langsung oleh Rektor UMM, Fauzan di Ruang Tamu Rektor, bersama asisten rektor bidang kerjasama, Soeparto dan kepala Humas, Nasrullah. Selain pertemuan terbatas, Republika melalui Irfan Junaidi turut memberikan kuliah tamu bertema “Jurnalisme Masa Kini” bagi sekitar 70 aktivis pers kampus di Ruang Sidang Senat UMM.

      Di hadapan Republika, Fauzan memaparkan tentang strategi UMM dalam mem-branding kapasitas intelektual para akademisi di UMM. Hal tersebut selaras dengan pentingnya sinergi antara kampus dan media massa yang beritikad memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

      Fauzan mengungkapkan, identifikasi spesifikasi dan pemetaan keahlian dosen telah menjadi komitmen UMM. “UMM memiliki banyak pusat studi yang tengah kita arahkan agar bisa menjadi basis pemikiran sekaligus rujukan akademik,” ujarnya.

      Mengamini hal tersebut, Arif Hilman mengatakan, para pakar dari kalangan akademisi sangat diperlukan oleh media massa karena ciri akademisi yang kritis dan obyektif. “Selama ini selalu pakar dari Jakarta yang menghiasi media massa, padahal pakar dari berbagai daerah banyak yang lebih bagus. Karena itu, kami ingin para pakar dari UMM juga turut memberikan pandangannya tentang berbagai persoalan di masyarakat,” tandasnya.

Wakil Pemimpin Rekdaksi Republika, Irfan Junaidi (kiri) memberikan kuliah tamu tentang "Jurnalisme Masa Kini" di hadapan sekitar 70 aktivis pers mahasiswa UMM. Foto : Rino Anugrawan

      Sementara itu, pada sesi kuliah tamu Irfan Junaidi lebih banyak memberikan motivasi dan inspirasi melalui pengalaman-pengalaman yang ia miliki. Pria yang sudah lebih dari 20 tahun menjadi wartawan ini menuturkan bahwa profesi jurnalis harus benar-benar didasari keyakinan dan rasa cinta terhadap apa yang digelutinya. “Hanya orang yang benar-benar mencintai pekerjaannya saja yang mau menjadi jurnalis. Kalau kita sudah teguh dan yakin, melakukannya dengan perasaan cinta, maka apapun halangan dan rintangan yang akan kita hadapi, kita tidak akan goyah,” ujarnya.

      Berprofesi sebagai jurnalis, lanjut Irfan, bukanlah hal mudah. Suasana kerja yang begitu keras menuntut sesorang harus memiliki kekuatan mental dan kemampuan beradaptasi. “Di satu waktu, kita meliput kecelakaan yang berdarah-darah, tidak lama kemudian kita juga harus meliput di kegiatan resmi di ruangan ber-AC. Kondisi seperti ini nantinya sering kita hadapi,” ungkapnya.

      Terkait situasi media saat ini, menurut Irfan, perkembangan teknologi telah menyebabkan revolusi pola komunikasi. Hal ini berdampak pada terjadinya banjir informasi. “Masyarakat jadi kebingungan dalam mengkonsumsi informasi,” jelasnya.

      Namun Ia meyakini, jika menulis merupakan kegiatan yang menyehatkan bagi tubuh kita baik secara fisik maupun otak. Ia menyebutkan, para tokoh seperti Soekarno dan Buya Hamka, selain memiliki tingkat kecerdasan tinggi, mereka juga memiliki kemampuan menulis yang baik. “Lebih dari itu, dengan menulis kita juga bisa bermanfaat bagi banyak orang,” katannya.

      Oleh karenanya, Ia mengatakan, media harus memberikan informasi yang benar dan lengkap sehingga tidak menimbulkan efek samping negatif pada para pembaca. “Inilah media yang akan dijadikan pegangan oleh para pembaca nantinya,” pungkasnya. (gas/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image