Pemenang dalam perlombaan tari (Foto: Istimewa) |
Melestarikan budayan bisa dilakukan melalui beragam kegiatan. Salah satunya lewat pameran karya lukisan dan lomba tari tradisional kreasi se-Jawa Bali oleh Lembaga Semi Otonom (LSO) Sanggar Seni Jalu Fakultas Pertanian dan peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Agenda yang dilaksanakan pada 8-10 Agustus 2022 itu merupakan hasil kolaborasi dengan Komunitas Artiknesia.
Dosen pembimbing LSO Jalu Devi Dwi Siskawardani, S.TP., M.Sc. menjelaskan tema menarik “Dicari Dalang” (Dirgahayu Cita-Cita Negeri dalam Belenggu). Menurutnya, tema ini berupaya untuk melahirkan seniman-seniman yang memiliki semangat tinggi. Utamanya dari kalangan mahasiswa yang nantinya akan melanjutkan dan melestarikan budaya.
Devi, sapaan akrabnya menilai bahwa salah satu jalan mewujudkan cita-cita adalah dengan karya. Termasuk tari-tari tradisional yang kurang begitu mendapat perhatian anak muda. Pun dengan lukisan-lukisan menarik yang bisa dihasilkan.
Baca juga : Semarak Agustusan UMM, Lomba Egrang hingga Jembatan Fashion Week
Terkait lomba tari, ada beberapa kriteria penilaian dalam kompetisi tersebut. Dimulai dengan kesesuaian dengan tema lomba. Kemudian juga wiraga atau koreografi yang menunjukkan kesesuaian antara ragam gerakan tari dengan sinopsis alur cerita. Kemudian ada juga kekompakkan antar penari, formasi dan yang terakhir atraksi. Ketiga aspek dalam wiraga tersebut harus sesuai dan seirama agar menghasilkan penampilan yang apik.
Selain itu, penilaian dari aspek wirasa (ekspresi) juga perlu diperhatikan. Yakni untuk mengidentifikasikan kelihaian dan keluwesan para penari dalam memaknai setiap gerakan melalui ekspresi. Sementara penilaian Wirama (musik) yakni untuk menganalisa kesesuaian irama dalam gerak saat menari. Seberapa cocok musik yang digunakan sehingga tidak terlalu menyimpang dari tarian. Pun dengan wirupa (sifat) yakni menilai sifat yang ditunjukkan dari seluruh tubuh pada setiap gerakan.
Baca juga : Mahasiswa UMM asal Vietnam Ceritakan Kesan Menimba Ilmu di Indonesia
“Aspek artistik (kosum) juga memiliki bagian dalma penilaian. Yakni seberapa bagus kreasi kostum dan properti yang disiapkan masing-masing tim guna mendukung penampilan dan penyampaikan alur cerita,” ungkapnya menambahkan.
Dalam kesempatan itu, sederet dewan juri hadir untuk menilai. Ada Asrofi, S.Pd, M.Pd, Fandi Firdaus, S.Pd dari Malang Fair Dance dan Ki Sutopo dari Dewan Kesenian Jawa Timur. Ketiganya dinilai sangat kompeten dan obyektif dalam proses penilaian. (*/wil)