Screentel Padi, Inovasi Mesin Ramah Lingkungan dan Dompet Petani
Author : Humas | Rabu, 13 Juni 2018 22:48 WIB
|
Prototype Screentel Padi karya Mahasiswa Teknik Industri UMM |
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan alat alternatif pengayak padi yakni Screentel Padi.
Screentel Padi atau pengayak padi adalah sebuah alat untuk memisahkan bulir padi dari gagangnya. Hadir diantara teknologi konvesional dimana petani masih manual merontokkan padi dengan tangan dan memanfaatkan penggunaan mesin berbahan bakar BBM, Screentel hadir membawa angin segar.
Didisain istimewa alat ini tidak membutuhkan bahan bakar untuk pengoperasiannya. Selain hemat energi, resiko cedera otot yang dialami petani karena cara tradisional juga dapat diminimalisir.
"Screentel padi sebagai alat pengayak padi yang di desain ergonomis untuk mengurangi cidera otot pada sebagian petani yang setiap hari mengayak padi secara tradisional," ujar Cyntia Dea Saputri salah satu anggota kelompok pembuat Screentel.
Memiliki berbagai kelebihan diatas, penggunaan alat ini juga cukup mudah. Petani hanya perlu mengayuh pedal di alat dan nantinya otomatis Screentel dapat bekerja sendiri dengan gir maju mundur yang bisa di setting sesuai yang pengguna inginkan.
Dengan demikian, alat ini dapat meringankan petani terutama mereka yang masih tradisional dan menggunakan sabit. Meski terkesan sederhana, hasil pemisahan bulir padi yang dihasilkan sama kualitasnya dengan mesin berbahan bakar.
Memiliki berbagai keunggulan di atas, Screentel padi sudah di ikutkan perlombaan di Universitas Sebelas Maret Surabaya pada acara Descomfirst 2018 dengan tema Desain Manual Tools pada (5-6/5) 2018. Hal ini membuat Cyntia dan timnya bangga, apalagi mengingat alat tersebut awalnya didisain dengan sederhana.
“Bahagia karena hanya dengan berawal dari sebuah coretan berhasil membuat alat yang seperti ini, kami juga berusaha memperbaiki apa saja yang masih kurang pada alat ini," tandasnya.
Terus berusaha menyempurnakan Screentelnya, Cyntia dan tim telah merencanakan "masa depan" alat ini. Mereka pun berkeinginan untuk memasarkan alat tersebut dengan harga yang cukup bersahabat dan ramah di kantong petani.
"Rencananya nanti jika dikomersilkan akan kami jual dengan kisaran harga 1,5 hingga 2 juta rupiah," tutupnya.
(Humas UMM)
Shared:
Komentar