Para diplomat asing dari berbagai negara begitu lihai menarikan Topeng Malangan. |
MELALUI kegiatan the 12th Promotion to Indonesian Language and Culture for Foreign Diplomats Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RepubIik Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) lewat unit Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) berkesempatan melatih dan mendidik 12 diplomat asing untuk mengenal bahasa dan budaya Indonesia.
Tak hanya itu, para diplomat itu juga diajarkan untuk mengaplikasikannya dalam bentuk karya dan praktek kesenian. Mereka dilatih karawitan, menari, membatik, mendalang, memainkan alat musik tradisional, dan pariwisata. Di pelajaran membatik, bahkan tiap diplomat diminta membuat dua karya motif batik. Karya pertama mereka buat di atas kain persegi panjang dengan motif yang sudah tersedua, dan karya kedua mereka menggambar sendiri motifnya, lalu membatik motif yang telah mereka rancang itu.
Berbagai hasil karya mereka itu ditampilkan pada pameran sekaligus closing ceremony yang berlangsung Selasa malam (29/8) di Sengkaling Kuliner UMM. Di gelaran itu, pertunjukan seni tari ditampilkan oleh enam diplomat dari enam negara berbeda. Penampilan mereka berhasil memukau pemirsa yang hadir malam itu. Selain menampilkan tarian, mereka juga mempersembahkan kesenian lain, seperti pembacaan puisi, menyanyi. Juga, para diplomat itu diuji untuk berpidato menggunakan bahasa Indonesia di depan hadirin.
Salah satu Diplomat asal Kamboja Cheng Linna, yang ikut nenampilkan seni tari Topeng Malangan mengaku ia baru belajar menari pada awal Agustus ini, ketika dimulainya program ini. Diakui Cheng, pengalaman di UMM ini sangat berkesan.
Menurut Cheng, Malang memiliki banyak spot menarik untuk ditelusuri. Ketertarikan Cheng pada budaya Indonesia makin menjadi, setelah mengunjungi sejumlah museum di Malang. Ia menjelaskan, terdapat beberapa kesamaan bentuk peninggalan sejarah utamanya arca yang ada di Indonesia dan negara asalnya, Kamboja. Lewat situ, Ia berencana membuat artikel mengangkat benang merah keterhubungan sejarah Indonesia dan Kamboja di masa lampau.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (RI) Eko Hartono mengaku puas dengan penyelenggaraan program kerjasama antara Kemenlu dan UMM itu. “Terutama kami lihat bahwa Diplomat yang belajar Bahasa Indonesia di UMM merasa sangat puas dengan proses pembelajarannya. Selain itu, mereka juga merasa puas dengan suasana lingkungan yang sangat baik,” ungkapnya.
Dilanjutkan Eko, dengan penilaian demikian, Kemenlu RI akan mempertimbangkan secara positif untuk melanjutkan kerjasama lewat skema kerjsama yang lain dengan UMM. “Misalnya kita perpanjang sedikit masa pendidikan agar pembelajaran lebih efektif, atau bentuk lain. Intinya kami puas dengan UMM,” tandasnya. (can/han)