Moh. Mirza Nuryady, S.Si., M.Sc. (Laili Humas) |
Di balik setiap wajah mungil seorang anak, tersembunyi cerita pewarisan genetik yang terikat erat dengan kedua orangtuanya. Tidak hanya sekadar bentuk fisik yang serupa, tetapi juga gen lain yang membawa jejak karakter dan diteruskan ke anak-anaknya.
Pewarisan sifat dari orangtua ke anak telah menjadi fokus kajian dalam biologi sejak ditemukannya konsep Mendel. Hal itu juga dijelaskan Dosen Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Moh. Mirza Nuryady, S.Si., M.Sc. Ia mengatakan bahwa konsep ini menggambarkan bagaimana genetik dapat mempengaruhi ciri-ciri individu.
Baca juga : Kata Dosen UMM tentang Rusaknya Kandungan Gizi pada Makanan Olahan
Mirza, sapaan akrabnya, menjelaskan setiap anak membawa 46 kromosom, di mana setengahnya diwarisi dari ibu dan setengah dari ayah. Pentingnya peran kromosom seks juga tidak bisa diabaikan. Perempuan membawa dua kromosom X sementara pria membawa satu kromosom X dan satu Y.
Dalam konteks ini, ayah bukan semata sebagai kepala keluarga, tetapi juga membawa peran penting dalam menentukan berbagai aspek fisik yang akan diwariskan kepada anak. Salah satu ciri yang biasanya dipengaruhi oleh genetika ayah adalah tinggi badan. Tinggi seseorang seringkali memiliki korelasi dengan ketinggian orang tuanya, terutama jika gen-gen yang mengontrol pertumbuhan tersebut kuat dan mendominasi.
“Kemampuan fisik juga biasanya diturunkan dari ayah, seperti kekuatan otot dan daya tahan tubuh. Ketika melihat seorang anak memiliki kemampuan atletik atau fisik yang menonjol, kemungkinan itu adalah hasil dari kombinasi genetik yang diteruskan oleh ayahnya. Di sisi lain, warna kulit, bentuk postur tubuh, ataupun yang lainnya juga turunan dari ayah,” jelasnya menambahkan.
Baca juga : Mahasiswa UMM Teliti Jajanan Pencegah Stunting dari Tulang Ayam
Sementara itu, peran Ibu dalam pewarisan genetik lebih fokus pada aspek psikologis dan perilaku. Seperti halnya kemampuan berpikir, belajar, dan memecahkan masalah. Terlebih, kecerdasan intelektual maupun emosional yang memiliki akar genetik yang kuat. Selain itu, aspek emosi juga cenderung lebih dipengaruhi oleh gen dari ibu. Misalnya, kemampuan mengelola emosi, merasakan empati, dan menjaga stabilitas emosional.
Tidak hanya sifat-sifat positif yang dapat diwariskan, tetapi juga risiko penyakit genetik. Sebagai contoh, hemofilia, diabetes, kolesterol, dan berbagai penyakit lainnya juga bisa diwariskan. Gen yang bertanggung jawab atas hal ini terletak pada kromosom X. “Karena ibu memiliki dua kromosom X, peluang penurunan penyakit ini lebih besar pada anak perempuan di bandingkan anak laki-laki yang hanya memiliki satu kromosom X dari ibu,” jelasnya.
Pewarisan genetik ini akan terus berlangsung dari generasi ke generasi, bahkan jika individu hidup dalam kondisi sehat. "Namun, penting untuk diingat bahwa ini bukan aturan baku. Semua tergantung pada apakah gen-gen tersebut dominan atau resesif. Jika gen yang dominan berasal dari ibu, maka anak akan mengikuti ciri dari ibu. Begitu juga sebaliknya,” pungkasnya. (*lai/wil)