Dr. Ribut Wahyu Erliyanti, M.Pd. (Foto: Humas UMM) |
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyelenggarakan Webinar Nasional yang dikemas Ngobrol Bergizi Bareng Srikandi bertema "Asesmen ramah saat belajar di/dari rumah", Jumat (15/5/2020).
Acara ini diikuti oleh kurang lebih 550 peserta dari seluruh Indonesia, dari Papua hingga Aceh. Peserta berlatar belakang guru, orang tua, dosen, pemerhati pendidikan, dan mahasiswa. Acara berlangsung selama 4 jam.
Acara dibuka dengan pengantar dari Poncojari Wahyono, anggota BSNP sekaligus juga Dekan FKIP UMM. Poncojari Wahyono mengungkapkan bahwa pemilihan tema webinar ini didasarkan pada banyaknya permintaan dari khalayak akan perlunya diskusi dan pencerahan terkait bagaimana asesmen atau penilaian yang ideal dalam pembelajaran daring.
Masalahnya, seringkali guru dan sekolah tidak memiliki pilihan yang tepat bagaimana menilai peserta didik karena mereka tidak siap dan kurang memiliki pengalaman. Pandemi Covid-19 menuntut guru melakukan penilaian yang benar, otentik, dan valid, namun tetap menghargai usaha peseta didik dan berbagai kendala yang dihadapi para orang tua dan siswa.
Baca juga: Belajar Asyik di Rumah dengan Formula BERLIAN Dosen UMM
"FKIP UMM memiliki pakar-pakar asesmen otentik, bahkan mereka sudah berpengalaman internasional. Kebetulan kebanyakan adalah perempuan, maka kami menyebutnya sebagai para srikandi asesmen" ujar Poncojari Wahyono.
Empat srikandi ahli asesmen atau penilaian bergelar doktor dari FKIP UMM bergantian memaparkan inspirasi dan solusi mereka. Keempat srikandi tersebut adalah Endang Poerwanti dengan paparan berjudul Asesmen mendasar Untuk level sekolah dasar, Ribut Wahyu Erliyanti dengan paparan berjudul Ragam Asesmen ramah dalam Pembelajaran Bahasa dan Sosial di Rumah, Fardini Sabilah menyajikan paparan berjudul Asesment Pembelajaran Bahasa Inggris: Mudah Guys!; dan Trisakti Handayani menyajikan paparan berjudul Bedah Peran Orang Tua dalam Pembelajaran dan Asesmen di Rumah.
Salah satu pembicara, Endang Poerwanti dalam paparannya menegaskan bahwa seharusnya penilaian yang dilakukan guru tidak lupa dari satu kaidah bahwa saat ini adalah kondisi darurat atau pandemi. Kondisi ini pun mungkin baru saja dialami dunia pendidikan modern, khususnya di Indonesia. Oleh karenanya, guru tidak boleh terlalu kaku.
"Ada banyak teknik, pilihan cara, dan pendekatan penilaian yang dapat dilakukan guru. Teknologi sudah sangat membantu. Tetapi ingat, jangan sampai malah menyusahkan peserta didik dan orang tuanya. Atau malah karena terlalu susah, atau melenceng dari kaidah, maka melenceng. Misalnya, malah orang tuanya yang mengerjakan tugas. Kenyataannya banyak orang tua yang saat ini mengeluh dan protes. Tagihan atau tugas yang diberikan guru tidak logis, tugas diberikan tiap hari, waktu mengerjakan singkat, dan tidak sesuai level umur peserta didik", ujar dosen senior Prodi PGSD UMM itu.
Baca juga: Hiburan di Tengah Pandemi, UMM Rilis Lagu ‘Bersama Hadang Si Corona’
Senada dengan itu, Trisakti Handayani yang merupakan Kaprodi PPG UMM menuturkan bahwa orang tua di masa pandemi ini memiliki peran strategis dalam menjamin kesuksesan pembelajaran daring yang melibatkan anaknya. Orang tua haruslah tanggap dan peka serta selalu aktif melakukan komunikasi dengan guru. Tidak hanya menjadi penyedia teknologi pendukung pembelajaran, mereka akan menjadi pengganti guru di rumah.
"Peran edukator harus benar-benar dilakukan orang tua. Dalam hal ini, yang saya maksud sebagai orang tua bukan hanya salah satu, tapi semuanya. Bukan hanya ibu, tapi juga ayah. Semua harus kompak, terlibat dan konstruktif. Jangan sampai ketidakpedulian orang tua, atau keselahan mereka dalam berperan malah akan membebani dan semakin membuat stress anak." tutur Trisakti.
Sementara itu, Fardini Sabilah yang juga dosen senior dari Prodi Bahasa Inggris UMM dan Ribut Wahyu Erliyanti dosen senior Prodi Bahasa Indonesia UMM banyak membagikan tips dan contoh riil dalam bidang pembelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Berbagai contoh bentuk penilaian diuraikan secara mendalam sehingga diharapkan memberikan banyak alternatif bagi guru-guru yang membutuhkan. (*/can)