Tahun Politik 2024, Dosen UMM Sebut Pemilih Muda dan Peran Media jadi Penentu

Author : Humas | Senin, 24 Juli 2023 08:15 WIB
Dosen jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (Foto: Ghalib Humas)

Suara anak muda yang terdiri dari generasi Z dan milenial memiliki andil yang besar dalam menentukan hasil Pemilu 2024. Berdasarkan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) yang disampaikan Komisi Pemilihan Umum (KPU), proporsi pemilih yang berusia 17-39 tahun berkisar 55 sampai 60 persen.

Hal itu menarik perhatian dosen jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Achmad Apriyanto Romadhan, S.IP., M.Si. Menurutnya, kontribusi anak muda sangat signifikan dalam menentukan arah dan masa depan Indonesia. Maka, mereka perlu menjaga diri agar mampu menggunakan hak pilihnya dengan bijak.

“Memang perlu menjaga diri dari paparan-paparan yang kurang baik. Coba kita lihat, di era ini sudah banyak anak muda yang terjebak dalam marketing politik yang dilakukan oleh politisi, termasuk di dalamnya pencitraan di depan publik,” jelasnya.

Yanto, sapaan akrabnya, juga menjelaskan terkait hal politik. Masyarakat tidak bisa mengusung atau mencalonkan kandidat karena hal itu merupakan ranah dari paratai politik sebagai pengusung. Maka dari itu, masyarakat harus cermat menentukan calo yang dipilih, khususnya yang memiliki track record baik dalam karirnya.

Baca juga: Ingin Menyekolahkan Anak ke Pesantren? Ini Tips Dosen UMM

“Karena secara konstitusional masyarakat tidak bisa mencalonkan, maka masyarakat memiliki tugas untuk menginvestigasi secara lebih lanjut nama-nama calon yang telah disodorkan. Harus jeli memilih calon yang punya riwayat baik dan siap menjadi representasi kepentingan publik,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia juga membahas mengenaik kampanye politik yang saat ini dibenturkan dengan pesatnya perkembangan media informasi teknologi. Salah satu efeknya adalah semakin kaburnya informasi realitas calon. Citra baik yang berusaha ditampilkan tidak selalu sama dengan apa yang sebenarnya terjadi. Hal inilah yang menimbulkan bias informasi di kalangan masyarakat, terkhusus anak muda yang tidak terpisah dari dunia digital.

“Di lain sisi, banyak anak muda yang juga turut terjun dalam kontestasi politik sebagai bakal calon. Ini sah-sah saja karena tidak menyalahi aturan secara konstitusional. Anak muda memang diharapkan mampu menawarkan ide dan gagasan baru. Berfokus pada kebutuhan publik, serta mampu memberikan kontribusi riil yang dirasakan oleh masyarakat,” tambahnya.

Baca juga: Program UMM Pasti Beri Kepastian Wali Mahasiswa Baru

Yanto menambahkan bahwa perpolitikan hari ini mengalami dua dilema besar. Di satu sisi, banyak bakal calon yang pragmatis dan tidak mewakili kepentingan publik. Sementara itu di lain sisi, para pemilih juga kurang mendapatkan edukasi dalam menggunakan hak suaranya dengan baik. Terlihat dari salah satu fenomena yakni “suara” yang mudah dibeli atau politik transaksional.

“Dalam menghadapi dua dilema tersebut, perlu adanya dukungan media massa yang menjadi pilar keempat dalam demokrasi. Media massa harus memiliki independensi yang tinggi untuk melakukan investigasi mendalam terhadap track record bakal calon. Anak muda juga diharapkan dapat mengisi ruang-ruang tersebut demi menegakkan demokrasi yang adil,” pungkasnya mengakhiri. (lib/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image