Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali menggelar acara Malam Ekspresi Seni dan Budaya (Maksidaya) pada Jumat (16/10) malam. Acara yang diadakan di Helipad UMM ini menghadirkan pertunjukan seni dari beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Maksidaya dibuka oleh penampilan memukau sembilan mahasiswa asing yang membawakan tarian Bedayan dari Jawa. Mereka adalah Catarina Amaral dari Portugal, Markhabo Rihsibaevna dari Uzbekistan, Olena Fedak dan Tetiana Ishchenko dari Ukraina, Morgane Hebert dari Perancis, Martina Bartikova dari Republik Ceko, Adnan Kharrousheh dari Palestina, Maciej Hetmanczyk dari Polandia dan Fei Yao dari China.
“Kami berlatih kurang lebih 10 hari,” ujar Catarina Amaral yang mengaku baru kali pertama membawakan tarian tradisional dari Jawa.
Awalnya, Catarina merasa sangat nervous, namun setelah selesai tampil, ia bersama teman-temannya menangis terharu dan mengaku sangat bahagia. Ke depannya, Catarina berharap dapat terus berlatih menari tarian tradisional dan mencoba hal baru.
“Jika ada kesempatan lagi, saya ingin menari tari tradisional dengan gerakan yang lebih menantang,” tambahnya.
Sementara itu, Pembantu Rektor (PR) III UMM, Dr Diah Karmiyati, Psi mengatakan kampus UMM adalah representasi dari Indonesia. “Banyak sekali budaya di UMM. Dari Sabang sampai Merauke pun lengkap. Selain itu, suasana UMM selalu harmonis, aman, damai dan tidak ada gejolak,” ujar Diah yang dilanjutkan dengan membaca sebuah puisi karangan KH Mustofa Bisri tentang Tahun Baru Hijriyah 1437 H.
Kegiatan Maksidaya kali ini mengambil tema “Bangkitlah Pemuda Untuk Indonesia”. Kepala LK UMM, Dr Tri Sulistyaningsih Msi mengatakan, pengambilan tema tersebut bertepatan dengan momen Tahun Baru Islam 1437 H dan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober mendatang. “Kami ingin ada semangat untuk bangkit melalui seni dan budaya. Bangkit dari keterpurukan, ekonomi, politik, bangsa, dan lain-lain,” ujarnya.
Budaya, menurut Tri, bisa menjadi medium untuk mewujudkan hal-hal tersebut. “Tujuan Maksidaya ini yakni melestarikan, memperkenalkan, dan menyebarkan budaya dan nilai-nilainya sesuai dengan ajaran Islam,” ucap Tri.
Beberapa UKM seperti Ikatan Band Mahasiswa (Ikabama), Radio UMM FM, Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Gita Surya, UKM Tari Sangsekarta, Teater Lentera, UKM Focus, LSO Jufoc, dan LSO dari Fakultas Agama Islam (FAI) UMM turut meramaikan Maksidaya. Mereka menampilkan pertunjukan musik, opera, teater, sendratari, hingga pameran seni rupa, foto, dan kaligrafi.
Meskipun sudah tiga kali dilaksanakan, konsep yang disusun oleh LK UMM selalu baru, terutama dalam hal panggung. Kali ini, Maksidaya menggunakan panggung terbuka. “Tanpa atap, tanpa latar belakang. Sengaja, agar latarnya langsung GKB (Gedung Kuliah Bersama) UMM,” kata Tri.
Filosofinya, menurut Tri, agar antara pengisi acara dan penonton bisa lebih demokratis dan berbaur satu sama lain. “Di lokasi Maksidaya juga akan banyak bendera Merah Putih sebagai simbol kebangsaan. Kami harap dari kebudayaan inilah lahir kebangkitan bangsa,” ucapnya.
Ini adalah kali ketiga Maksidaya diadakan pada 2015. Setiap tahun, Maksidaya akan digelar selama 4 kali. “Harapan mai dengan diadakannya Maksidaya bisa menampung karya dan kreatifitas mahasiswa sekalian memperkenalkan budaya asli Indonesia. Di samping itu ini juga bisa menjadi aset pariwisata untuk turis asing,” tuturnya. (dik/zul/han)