LEMBAGA Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tawarkan manajeman kelembagaan dan geodiplomasi dalam perwujudan internasionalisasi bahasa. Hal tersebut diulas dalam seminar Daring yang diselenggarakan UPT BIPA UMM pada Jumat (26/6) dengan tajuk “Penguatan Diplomasi Bahasa dan Kebudayaan melalui Pemberdayaan Pengelolaan Kelembagan BIPA”.
Dalam seminar tersebut turut hadir sebagai pemateri Philippe Grange, Atase Kerjasama Linguistik Institut Francais Indonesia. Philippe menyampaikan bahwa citra Indonesia di Prancis tidak semua bagus. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai kesaksian orang Prancis yang masih beranggapan bahwa Indonesia itu mencekam dan masih tertinggal.
Citra tersebut hadir ditengarai beberapa karya yang ditulis dan beredar di Eropa Barat menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal, seperti cerita perjalanan yang ditulis dalam buku Autour Du Monde yang menceritakan bahwa di Jawa buaya dapat memakan perahu serta negara yang banyak memiliki binatang buas. Oleh sebab itu, Philipe juga mengajak masyarakat Indonesia untuk memikirkan strategi jitu untuk mencitrakan ekostisme dan keindahan Indonesia dimata dunia.
Bahkan Phillipe mengilustrasikan kenapa K-Pop dapat membius dunia. “Apakah kita, Indonesia, tidak bisa membuat sesuatu yang bagus seperti I-Pop misalnya,” ungkapnya. Uraian tersebut terlontar secara emosianal dengan kata “Kita” karena Philipe merasa dirinya sebagai orang Indonesia dan mencintai Indonesia.
Baca juga: RSU UMM Bagikan Faceshield untuk Pedagang Pasar
Sampai saat ini tidak banyak warga negara Prancis yang mengenal Indonesia. Bahkan mereka lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia. Hal itu juga menjadi bukti nyata bahwa pemerintah Indonesia melalui berbagai kementerian dan lembaga BIPA mengupayakan strategi jitu untuk dapat meningkatkan citra Indonesia di mata dunia.
Tidak hanya itu dalam seminar tersebut juga dibahas bagaimana bentuk diplomasi yang efektif untuk meningkatkan minat pemelajar asing untuk belajar bahasa Indonesia. Dalam hal ini Nurul Sofia sebagai kasubid Ekonomi Internasional Kementerian Luar Negeri juga membeberkan bebarapa langkah diplomasi budaya yang pernah dilakukan ketika menjadi Pensosbud di KBRI Sofia Bulgaria.
Kegiatan diplomasi budaya dapat dijadikan langkah produktif dalam diplomasi, dikarenakan lebih cair serta memiliki peluang untuk membuka kerjasama di bidang lainnya. Mengadakan kegiatan seperti pameran busana, pertunjukan budaya serta pemberian beasiswa memiliki dampak yang luar biasa terhadap citra Indonesia di mata dunia.
Baca juga: UMM Segera Buka Vokasi Retail dan Bisnis Online
Mengakomodir hal tersebut Kepala Divisi Internasionalisasi Program Faizin membebrkan fakta bahwa sudah selayaknya lembaga BIPA memiliki manajemen ke-BIPA-an untuk mengukur serta mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilakukan. Selama ini, BIPA lebih cenderung membahas spesifikasi terhadap proses pembelajaran sedangkan dalam pelaksanaan proses tersebut sangat dibutuhkan manajemen sebagai alokasi ukuran keberhasilan serta mengembangkan BIPA itu sendiri.
Dalam hal ini Faizin menawarkan lima hal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proses ke-BIPA-an meliputi perancangan, struktur serta pembagian tugas, komunikasi, pengawasan, dan pemecahan masalah. Dalam hal komunikasi, Faizin juga membeberkan perlunya penentuan strategi yang harus digunakan untuk sarana komunikasi atau promosi terhadap pihak luar.
“Kita perlu memilih strategi dalam hal ini apakah kita akan menggunakan geodiplomasi atau geostrategi dalam rangka mencapai citra positif Indonesia” ujar Faizin.
Geo sebagai wujud takaran bahwa ada sesuatu yang dilihat yakni dari aspek geografi untuk mengukur serta melihat iklim sosial negara tersebut. Dengan demikian diplomasi yang kita lakukan memiliki ukuran serta kejelasan capaian yang valid karena direkayasa dengan strategi yang baik pula. (fai/can)