Ternyata Nasionalisme yang Buat Samsung Jadi Perusahaan Elektronik Nomor 1 Dunia

Author : Humas | Jum'at, 14 Desember 2018 14:19 WIB
Vice President PT. Samsung Electronics Indonesia, Mr. Kang Hyun Lee. (Foto: Aan/Humas)

"Mau sampai kapan mengandalkan sumber daya alam dan property?" tanya Vice President PT. Samsung Electronics Indonesia, Kang Hyun Lee, Kamis (13/12). Menurutnya, orang Indonesia terlalu suka mengambil jalan mudah untuk mendapatkan uang. Yakni cukup dengan mengolah Sumber Daya Alam (SDA) dan membangun property, manusia Indonesia sudah merasa cukup.

Kang Hyun Lee menceritakan bagaimana Samsung dibangun berawal dari toko sembako, hingga menjadi perusahaan elektronik nomor satu dunia. Dikatakannya, bahwa kunci Samsung menjadi nomor satu adalah penghargaannya terhadap Nasionalisme. Perusahaan yang berdiri di Korea ini merupakan kebanggaan orang Korea, sehingga semua orang Korea mendukung tumbuh kembang Samsung.

"Selain nasionalisme, kita juga harus banyak-banyak riset dan terus melakukan pengembangan," tegas Hyun Lee. Setiap harinya, Samsung menghabiskan 40.7 Miliyar USD untuk riset dan pengembangan. Saat awal pendiriannya, Samsung banyak meniru perusahaan internet Jepang. Juga, banyak mengirim karyawannya ke Jerman dan Amerika untuk belajar dan mengembangkan produk.

Dihelat di Ruang Sidang Senat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), kuliah tamu ini membahas kesiapan Indonesia mengahadapi Industry 4.0. Kuliah tamu dihadiri mahasiswa Teknik Informatika. Kang Hyun Lee menganjurkan Mahasiswa Teknik Informatika UMM untuk mulai memajukan Industri Elektronik di Indonesia. Salah satunya melalui spirit nasionalisme seperti yang Samsung usung.

Saat ini Samsung memiliki Research and Development Center sebanyak 34 buah di dunia, khusus untuk riset dan mengembangkan produk. "Dalam hal ini, Indonesia sangat tertinggal, sekarang sudah era Industry 4.0, harus mulai berpikir untuk memajukan Industri Elektronik. Adik-adik nanti harus mulai membangun Industri Elektronik di Indonesia agar tidak semakin ketinggalan," ucap Hyun Lee.

Merespon hal ini, Dr. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Koordinator Asisten Khusus Rektor mengatakan, UMM sudah mulai berkemas untuk menyongsong Industry 4.0 dengan merancang pendirian Institut Pendidikan Vokasi (IPV). Di antaranya membuka 5 sekolah bidang keahlian. Yakni Desain dan Media, TIK dan Elektronika, Bisnis dan Manajemen, Kesehatan dan Hospitality, serta Agribisnis.

“Sebagai Perguruan Tinggi yang berkemajuan, Universitas Muhammadiyah Malang harus mengambil peran kepeloporan untuk memastikan bahwa hadirnya Industry 4.0 benar-benar akan mensejahterakan masyarakat. Salah satunya melalui pendirian Institut Pendidikan Vokasi ini,” pungkasnya. IPV akan dibangunkan gedung seluas sekitar 20 hektar di wilayah Karang Ploso, Kabupaten Malang. (usa/can)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image