dr. Thontowi Djauhari N. S. M.Kes dan Muhammad Novi Rifai, S.HI, M.A., M.E. dalam angenda KAS (Foto : Istimewa) |
Meski pandemi sudah berlangsung selama hampir setahun, tapi masih banyak kalangan masyarakat yang belum memahaminya dengan baik. Hal itu mendorong Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk mengkaji lebih dalam terkait dengan Covid-19 dalam Kajian Ahad Shubuh (KAS). Agenda mingguan itu dihadiri dr. Thontowi Djauhari N. S. M.Kes dan dipandu oleh Muhammad Novi Rifai, S.HI, M.A., M.E. mengangkat tema Melindungi Diri dari Penyakit, KAS tersebut dilaksanakan pada Minggu (10/1) secara virtual di Masjid A.R. Facruddin.
Tomi, panggilan akrabnya membuka materi dengan menjelaskan teori kesehatan masyarakat terkait dengan pencegahan penyakit, disease prevention. Diawali dengan pencegahan primer, yakni menekan perkembangan penyakit yang sudah diderita. Kemudian adapula pencegahan sekunder, mendeteksi penyakit yang mungkin saja diderita sehingga bisa meminimalisir komplikasi. Terakhir, pencegahan tersier dengan mengurangi serta menghindari hal-hal negatif.
Baca juga : Mahasiswa UMM Buat Aplikasi Pengaduan Masyarakat Purwantoro
Dosen Prodi Pendidikan Dokter UMM tersebut juga menyebut bahwa pencegahan promotif punya peran penting, terutama dalam kondisi pandemi. Apalagi ia merasa bahwa kegiatan pencegahan ini kurang begitu maksimal. Hal ini membuat masyarakat khawatir serta menimbulkan berbagai persepsi yang berbeda. “Padahal jika pencegahan promotif ini dilakukan dengan baik, bisa menekan angka penularan penyakit, khususnya Covid-19,” terangnya lebih lanjut.
Terkait dengan Covid, ia menegaskan bahwa pada dasarnya virus tersebut lemah jika berdiri sendiri. Tapi akan berbahaya jika sudah menemukan inangnya. Ketika virus sudah menginveksi dan masuk ke DNA, maka ia akan memberikan sinyal dan kode yang salah hingga akhirnya berdampak negatif bagi tubuh. “Gejala-gejala seperti pilek, batuk, hilangnya kemampuan membau, letih dan lesu biasanya menjadi tanda penularan virus ini,” imbuhnya.
Tomi juga tak lupa menjelaskan bagaimana cara mendeteksi virus Covid-19. Ada tiga yaitu rapid antibodi, rapid antigen dan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Ketiganya memiliki metode dan akurasi yang berbeda.
Baca juga : Jalan Terjal Mahasiswa UMM Menuju Polandia
Rapid antibodi misalnya, yang membutuhkan darah dari pasien, kemudian dilihat ada tidaknya reaksi. Hasil yang didapat bisa menunjukkan reaktif maupun non reaktif. Adapun akurasinya hanya sekitar 10-20%. Sementara rapid antigen akan memasukkan alat ke hidung, kemudian ditetesi cairan. Nantinya akan diperoleh hasil negatif maupun positif. Meski begitu, akurasi metode ini tidak begitu tinggi, yakni sekitar 30-40%. “Metode yang paling akurat sampai saat ini adalah tes PCR yang akurasinya mencapai 98%,” terangnya.
Di akhir sesi, ia memberikan tips bagaimana mencegah dan menghindari virus Covid-19. Dua hal penting yang perlu diperhatikan adalah menjaga lingkungan serta mengubah perilaku dengan lebih baik. Perubahan ini bisa ditingkatkan dalam tiga aspek utama, iman, imun serta aman.
Iman, yakni harus beriman bahwa semua bencana dan cobaan pasti ada obat dan jalan keluarnya. Kemudian juga menjaga imun dengan meningkatkan gizi dan vitamin. Imun juga bisa ditingkatkan dengan terus berpikiran positif serta optimis. “Terakhir, yakni aspek aman. Selalu menjalankan protocol kesehatan. Mulai dari mencuci tangan, menjaga jarak, serta mengenakan masker,” pungkasnya dalam akhir paparan. (wil)