Laily Khairunnisa, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Yang Berhasil Diterima di Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). (Foto: Istimewa) |
Laily Khairunnisa, salah satu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mampu jalani dua pertukaran pelajar dalam satu waktu. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini berhasil diterima di program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan membuatnya menimba ilmu di Palembang, tepatnya di Universitas Sriwijawaya (Unsri). Menariknya, ia juga sedang menjalani program exchange di Asia University, Taiwan.
Baca juga: Rektor ITB Ahmad Dahlan dan Akademisi UMY Kupas Buku Connected Leadership
“Jadi yang MBKM Unsri, saya harus berangkat ke Palembang dan benar-benar belajar di dalam kampus. Sementara di Asia University, saya menjalani virtual exchange yang memungkinkan saya untuk belajar secara daring bersama dengan mahasiswa dari berbagai negara dan diajar oleh dosen kampus terkait,” jelasnya.
Selain belajar, ia juga diberi materi mengenai sejarah dan budaya taiwan. Hal itu membuatnya tertarik dan semangat menjalani studi. Pun di Unsri yang mengharuskan dia untuk mengikuti modul nusantara dari MBKM. Ia diharuskan belajar budaya, bahasa, tari, kerajinan dan lainnya. Dengan begitu, ia mendapatkan berbagai perspektif dan pengetahuan baru.
Baca juga: Qatar Tuan Rumah Piala Dunia 2022, Begini Kata Dosen Ekonomi UMM
Mahasiswa asal NTB itu membeberkan tips agar diterima di exchange di Asia University. Menurutnya, hal yang paling utama adalah kelengkapan dokumen dan keaktifan saat berkuliah. Dengan begitu, dosen akan mengetahui keberadaannya dan merekomendasikannya di program terkait.
Keaktifan dalama berorganisasi dan berkuliah juga menjadi kunci penting agar diterima di program MBKM. Pun dengan persiapan jauh-jauh garu sebelum pendaftaram agar tidak tergesa-gesa. Apalagi ia harus bersaing dengan 32.000 mahasiswa pendaftar lainnya. Dari jumlah itu, akan diambil 12.000 mahasiswa yang akan menjalani pertukaran mahasiswa di seluruh nusantara, termasuk dirinya.
Selain karena ia rajin dan pandai memanfaatkan peluang, Nisa menilai bahwa UMM menjadi alasam terbesar ia bisa diterima di kedua program tersebut. Apalagi Kampus Putih sudah menyediakan dukungan agar mahasiswa bisa belajar di luar kampus. Baik itu melalui program level nasional atau bahkan internasional. Sehingga Nisa bersyukur telah memilih UMM sebagai almamaternya.
Ia bukan tanpa kendala. Beberapa kali jadwal kuliah di dua universitas itu bentrok dan membuatnya harus memutar otak. Kadang ia harus melobi dosen Unsri, kadang ia juga harus berkomunikasi dengan tim pengajar Asia University. “Alhamdulillah sejauh ini bisa saya atur dengan baik. Semoga diterimanya saya di dua program ini membuat saya mendapatkan banyak pengalaman, relasi, dan pelajaran hidup baru. Bahkan mungkin bisa saya bagikan ke teman-teman nanti,” tuturnya.
Menurutnya, waktu empat tahun di bangku perkuliahan tidak boleh disia-siakan. Selain harus memahami materi kuliah dengan baik, mahasiswa juga harus mengikuti banyak kegiatan seperti misalnya badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Nisa menceritakan bahwa dirinya sering mengikuti kegiatan BEM UMM dan memenangkan lomba. Hal itulah yang mengantarkannya ke event-event lebih besar.
“Keaktifan saya di BEM membawa berkah. Karena itu, saya diberi rekomendasi oleh salah satu dosen untuk bisa mendaftar di virtual exchange di Taiwan. Maka, saya kira hal-hal kecil bisa memberikan hal besar di kemudian hari. Jadi jangan pernah remehkan hal yang menurut kita kecil dan remeh,” tegasnya Nisa. (dev/wil)