Tragedi Kanjuruhan: UMM Sigap Turunkan Tim Medis dan Pendampingan Psikologis

Author : Humas | Senin, 03 Oktober 2022 05:43 WIB
UMM Turunkan Tim dari Fakultas Psikologi dan RS UMM untuk Pendampingan Psikologis. (Foto: Istimewa)

Tragedi memilukan terjadi pada Sabtu (1/10) di stadion Kanjuruhan. Sebanyak lebih dari 120 korban meninggal karena tragedi tersebut. Korban merupakan supporter Arema dan sederet anggota kepolisian. Selain itu adapula ratusan korban luka-luka yang harus mendapat perawatan.

Tragedi ini menyisakan pilu, bukan hanya bagi suporter kedua klub saja, tapi juga penggemar sepak bola seluruh dunia. Terutama para keluarga korban yang tak menyangka hal itu bisa terjadi. Sampai saat ini, pihak UMM terus berupaya mendapimpingi keluarga para korban untuk menenangkan. Sederet tim dari Fakultas Psikologi dan RS UMM diturunkan sebagai bentuk kontribusi bagi masyarakat di tengah tragedi.

Selain itu, Kampus Putih juga menurunkan tim medis dari RS UMM untuk membantu penanganan korban sejak malam tadi (1/10). RS UMM juga sudah berkoordinasi dengan sederet fasilitas kesehtan lain serta Dinas Kesehatn Kabupaten Malang. “Kami sudah berkoordinasi dengan banyak pihak dan langsung terjun membantu para korban di Kanjuruhan,” jelas Wakil Direktur RS UMM dr. Thontowi Jauhari, M.Kes.

Terkait kondisi tersebut, Psikolog UMM Hudaniah S.Psi. M.Si. juga berkomentar terkait psikologis keluarga yang ditinggalkan korban. Menurutnya, setiap keluarga pasti merasakan kehilangan. Namun tingkatnya akan berbeda tergantung peran korban dalam keluarganya. Ada korban yang merjadi tulang punggung, anak pertama, anak tunggal, suami, anak dan lainnya. “Semakin kuat peran korban di keluarganya, maka semakin tinggi pula tingkat kehilangannya. Jika korban seorang ayah yang menjadi tulang punggung, maka kehilangan akan terasa sangat sakit bagi istri dan anak-anak. Pun dengan peran korban lainnya,” ungkap Hudan menjelaskan.

Salah satu cara untuk mengurangi rasa kehilangan tersebut adalah dengan social support. Yakni Bagaimana keluarga, tetangga, atau lembaga pemerintahan terdekat seperti Rukun Tetangga (RT) maupun Rukun Warga (RW) menemani dan menanangkan. Kemudian, jika sudah membaik, keluarga yang ditinggalkan bisa beranjak dan melakukan langkah lain untuk melanjutkan hidup. Para kerabat juga bisa membantu baik dari segi material maupun non-material.

Maka, melihat hal itu, UMM sigap menurunkan tim psikolog dari Fakultas Psikologi untuk mendampingi keluarga korban. “Kami berupaya hadir, menemani, dan mendengarkan keluh kesah keluarga yang ditinggalkan. Itu saya rasa bisa membantu. Kami juga berpesan agar jangan sampai para tetangga menanyakan kronologi dan kejadiannya. Karena hal itu malah akan memperburuk keadaan,” kata Hudan. (haq/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image