UMM Ajak Diplomat Asing Bertani Mawar di Sidomulyo

Author : Humas | Kamis, 31 Agustus 2017 13:43 WIB
Petani lokal latih diplomat asing menanam mawar.

DIPLOMAT asal Kazakhstan, Gaukhar Abdirova mengaku kagum terhadap ide menanam mawar menggunakan sekam padi yang dilakukan para petani mawar di Desa Sidomulyo, Batu, Jawa Timur. Diceritakan Gaukhar, di negaranya Kazakhstan petani menanam mawar menggunakan media tanah.

“Sedangkan tanah di sana kurang bagus untuk menanam mawar. Sehingga, hasil panen mawar pun kurang maksimal. Melihat inovasi menanam mawar menggunakan sekam ini, Gaukhar tertarik menerapkan ide petani Batu di negaranya,” ujar Gaukhar saat mengikuti outing class (19/8) pada kegiatan the 12th Promotion to Indonesian Language and Culture for Foreign Diplomats Kemenlu RI yang dikelola oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Selain Gaukhar, kegiatan di luar kelas (outing class) menanam mawar batu juga dilakukan 11 diplomat asing lainnya yang juga didampingi sejumlah mahasiswa UMM. Pada kegiatan ini, tak hanya tertarik pada media tanam, Gaukhar juga terkagum-kagum pada mawar batik. Mawar batik adalah jenis mawar hasil persilangan dua warna sehingga tampak sepeti batik. Selain mawar batik, Gaukhar juga tertarik pada mawar yang biasa dipakai sebagai bahan pembuat parfum.

Bahkan, menurut diplomat asal Iran, Saedar Shafiei, bunga mawar di negaranya juga dijuluki bunga Muhammadi. “Karena bunga ros ini harum, diibaratkan seperti wangi Nabi Muhammad,” ujar Shaifei dalam bahasa Inggris.

Bersama dua pemilik kebun, Julianto dan Suyati, para diplomat asing ini turun langsung ke kebun untuk belajar berbagai hal terkait budidaya tanaman mawar. Mereka terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama membantu Suyati untuk menanam bakal mawar melalui penyetekan. Caranya, potong batang mawar yang sudah tua, lalu tanam pada polybag berisi sekam padi. Sekam harus penuh dan padat untuk menghasilkan bakal tanaman mawar yang baik.

Penanaman awal ini membutuhkan waktu selama 40 hari. Setelah 40 hari, akan tumbuh akar dari potongan batang yang ditanam. Selanjutnya, batang akan dipindahkan ke polybag yang lebih besar selama dua bulan. Setelah itu, tanaman mawar siap diokulasi dengan mata tunas bunga mawar. Cukup sebulan, maka bunga mawar akan muncul dan siap dijual. Sementara itu, kelompok kedua bersama Julianto belajar memilah bakal tanaman mawar yang bagus dan yang mati. Tanaman yang mati lalu dipisahkan dari tanaman yang hidup untuk diganti dengan bibit yang baru.

Selepas berkegiatan di kebun bunga mawar, mereka mengunjungi kebun pohon jeruk, dan kebun bunga bugenvil. Para diplomat juga diajak makan siang dengan suasana khas pedesaan. Makan siang digelar di tengah sawah, beralaskan terpal, menggunakan piring dari daun pisang yang dikerucutkan, dan tanpa sendok. Menu yang disajikan pun khas nuansa Jawa, seperti urap-urap, trancam, lodeh, tongkol balado, perkedel kentang, mendol, dan tak lupa kerupuk. “It is so fun,” ujar Leonardo Andres Gonzales Guzman, diplomat asal Kolumbia sambil tersenyum lebar.

Salah satu pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) UMM, Fida Pangesti mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk mengenalkan secara langsung kehidupan warga dan kegiatannya. Mayoritas penduduk di Desa Sidomulyo bekerja sebagai petani bunga. Sebelumnya, para diplomat dibekali wawasan tentang cara bertamu, menolak ajakan atau makanan yang tidak disukai, serta kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan orang Indonesia di rumah, seperti melepas sandal sebelum masuk rumah, atau budaya menggunakan toilet jongkok ketimbang toilet duduk. (ich/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image