UMM Ajak Orang Tua Zaman Now Kuatkan Karakter Anak melalui Optimalisasi Pola Asuh

Author : Humas | Sabtu, 24 Maret 2018 16:41 WIB
 
 
Perkembangan zaman turut mempengaruhi pola asuh anak pada sebuah keluarga. Anak-anak yang sehat, tangguh, dan bahagia merupakan dambaan setiap keluarga. Namun, seiring dengan perkembangan waktu orang tua bimbang dalam menentukan bentuk pola asuh yang tepat. Berangkat dari kegelisahan tersebut, Laboratorium Psikologi Terapan Keluarga dan Anak Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (LPTKA FPSI UMM) megawal pendidikan peran keluarga dalam tumbuh kembang anak melalui kegiatan Seminar Nasional bertajuk Optimalisasi Peran Keluarga dalam Tumbuh Kembang Anak yang diselenggarakan di Hall GKB IV UMM, Sabtu (24/03).
 
Pada prosesi pembukaan, Dekan FPSI Salis Yuniardi mengungkapkan bahwa orang tua tidak perlu mengkhawatirkan model parenting yang tepat bagi anak. Menurutnya, dengan mengikutsertaan seluruh anggota keluarga, ayah dan ibu utamanya, dalam proses tumbuh kembang anak adalah cara yang tepat untuk memberikan pola asuh  pada anak.
 
"Pola asuh yang tepat untuk anak adalah dengan mengikutsertakan seluruh anggota keluarga dalam proses mendidik," jelas Salis.
 
Sementara itu, Rektor UMM Fauzan lebih memilih untuk melontarkan pertanyaan kepada hadirin tentang makna dari "optimalisasi" yang ada pada tema Seminar Nasional ini.
 
"Saya lebih ingin menyampaikan pertanyaan tentang makna dari optimalisasi dalam pola asuh," ungkapnya.
 
Ditambahkan Fauzan, optimalisasi pola asuh ini juga harus dipahami oleh seluruh kalangan tidak hanya yang sudah berkeluarga dan punya anak, namun juga mahasiswa.
 
"Pengetahuan pola asuh anak juga harus diketahui oleh mahasiswa sebagai bekal," tandas Fauzan.
 
Hadir pula dalam kegiatan ini, Tina Afiatin dosen sekaligus pemerhati Psikologi Masyarakat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang menyampaikan tentang Peran Keluarga dalam Mendidik Anak Zaman Now. Tina menyampaikan tantangan orang tua dalam mengasuh anak. Ia juga memaparkan jawaban atas pertanyaan Rektor UMM tentang bentuk optimalisasi pola asuh yang sebenarnya.
Menurut Tina, kriteria dalam pola asuh yang optimal itu harus menjadi kriteria bersama seluruh orang tua. Optimalisasi pola asuh menurutnya  menjadi dasar kesuksesan proses orangtua dalam mendidik anak-anaknya untuk membentuk ketangguhan karakter anak. Ketangguhan karakter ini yang kelak akan menjadi bekal terkuat untuk anak-anak menjalani kehidupan di masa mendatang.
 
"Kesuksesan optimalisasi pola asuh adalah ketika anak sudah memiliki karakter yang kuat," jelas Tina.
 
Selain itu, Tina juga mengimbau kepada orang tua untuk melatih dan mengembangkan lima kecerdasan alami yang harus terus diasah pada diri anak. Lima kecerdasan itu diantaranya adalah kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, dan kecerdasan fisik.
 
"Lima dasar kecerdasan alamiah ini harus terus diasah agar menjadi kuat dan tidak salah pembinaan pengembangannya," jelas Tina.
 
Selain memberikan padangan tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik, Tina juga menyampaikan tentang bagaimana cara menjadi orang tua di era modern dimana teknologi berpengaruh terhadap tingkah laku anak, seperti menjadi cenderung pendiam dan menyendiri. Hal ini harus menjadi perhatian utama orangtua. 
 
"Dampak yang dihasilkan oleh teknologi juga harus diwasapai oleh orangtua," jelas Tina.
 
Senada dengan ungkapan Tina, Kepala Laboratorium Psikologi Terapan Keluarga dan Anak Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (LKPTA) UMM Iswinarti menyatakan bahwa sudah saatnya anak-anak dikenalkan kembali ke model pengasuhan tradisional seperti mengajak anak-anak untuk lebih aktif bermain di luar rumah dan bersosialisi dengan teman sebaya.
 
"Sekarang ini orang tua sudah harus tahu bagaimana mengembalikan prinsip belajar anak yaitu belajar dari lingkungan sekitar," ungkap dosen Psikologi UMM.
 
Ditambahkan Iswinarti, paparan teknologi semacam smartphone utamanya bagi anak usia di bawah lima tahun merupakan cara salah  yang dilakukan orang tua dalam mengenalkan teknologi pada anak.
 
"Anak usia di bawah lima tahun boleh dikenalkan teknologi, namun bukan dengan memberikan teknologi itu secara bebas," jelas dosen yang aktif dalam pengembangan Permainan Tradisional dalam perkembangan Psikologi Anak.
 
Selain itu, hal lain yang paling penting dalam pola asuh anak adalah pendampingan secara khusus. Orangtua boleh bekerja dan meninitipkan anak pada orangtua pengganti, namun pendampingan secara intensif akan lebih baik.
 
“Pendampingan insentif dapat mengajarkan anak untuk membangun komunikasi yang baik dengan orang tua dan orang-orang di sekitarnya,”pungkasnya.
 
Selain seminar, acara hari ini juga sekaligus menjadi tanda diresmikannya LPTKA FPSI UMM. Lembaga ini didirikan untuk membantu keluarga yang membutuhkan bantuan konseling, khususnya dalam pemilihan pola asuh anak.
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image