Webinar Bedah Buku Titik Nadir Penantian (Foto : Istimewa) |
Mengikuti semangat salah satu sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer yang melahirkan banyak karya dari balik jeruji besi, warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Malang juga melahirkan sebuah karya tulis. Sebuah buku antalogi berjudul Titik Nadir Penantian dilaunching pada Kamis (14/1).
Lebih dalam membahas buku tersebut, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan webinar Bedah Buku Titik Nadir Penantian pada Sabtu (06/02). Agenda bedah buku yang berisikan 32 cerita pendek (cerpen) ini diselenggarakan melalui kanal zoom dan youtube Perpustakaan UMM.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang AIK dan Akademik Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si.menyampaikan apresiasinya kepada Perpustakaan UMM yang terus membuka ruang dalam memberikan literasi pada masyarakat, salah satunya melalui agenda daring seperti ini.
“Oleh karena itu, saya sangat mengapresiasi acara bedah buku ini karena dapat membuka kembali ruang literasi masyarakat melalui saluran virtual. UMM sendiri juga telah memiliki komitmen untuk mengembangkan literasi secara virtual,” ujarnya.
Baca juga : Gandeng Komunitas Preman Mengajar, Mobil Kaca UMM Ajarkan Bela Diri dan Tari
Agenda ini mengundang Ketua Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Mariyah, S.Sos., M.Hum, pendiri Ruang Baca Komunitas Sofian Munawar, M.A., dan Jurnalis Kurniawan Muhammad sebagai pembedah buku. Dalam paparanya Mariyah sangat mengapresiasi buku antalogi ini. Mariyah mengatakan bahwa buku ini sangat menarik dari segi penyampaian cerita dan bahasa yang puitik. Cerpen ini juga mengandung nilai moral dan edukasi yang sangat tinggi.
“Jujur saya jarang membaca cerpen. Menurut saya membaca cerpen hanya membuang-buang waktu. Namun ketika membaca buku ini, saya seperti tersentak dan tidak percaya bahwa para napi binaan mampu menulis karya sastra yang luar biasa dibalik jeruji yang membatasi ruang geraknya,” terang ketua FPPTI itu.
Baca juga : Vokasi UMM dan Dubes Jepang Bahas Peluang Kerja
Senada dengan Mariyah, Yusri Fajar, S.S.,M.A., salah satu narasumber, mengisahkan pengalamannya pertama kali menjadi pemateri untuk para penghungi lapas. Ia mengaku bahwa pengalaman ini adalah sesuatu hal yang menantang dan menarik.
“Pertama kali saya mendapatkan kesempatan menjadi pemateri pelatihan di lapas, saya sangat penasaran dan tertarik. Selain saya tidak pernah masuk penjara, saya merasa bahwa orang-orang yang ada di penjara ini akan melahirkan karya-karya apik,” jelas dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB-UB) tersebut.
Di sisi lain kepala lapas perempuan kelas IIA Malang, Tri Anna Aryati, Bc.IP., SH., M.Si. sangat mengapresiasi hadirnya webinar ini. Anna juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian dan dukungan yang telah diberikan kepada para warga binaan di Lapas Kelas IIA Malang.
“Kami berharap dengan hadirnya buku ini dapat memotivasi dan meningkatkan semangat literasi, tidak hanya untuk para napi tetapi juga untuk masyarakat luas,” pungkasnya. (syi/nis)