UMM Juara Umum Olimpiade Psikologi PTM se-Indonesia

Author : Humas | Kamis, 22 Desember 2016 12:59 WIB
Para pemenang kejuaraan Olimpiade Psikologi PTM dari UMM berfoto bareng selepas penyerahan penghargaan.

FAKULTAS Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sukses meraih predikat juara umum pada gelaran Olimpiade Mahasiswa Psikologi se-Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) Indonesia di Universitas Muhammadiyah Gresik yang digelar pekan lalu (16/12). Ada empat jenis lomba yang dipertandikan pada kompetisi yang mengambil tema “Spirit Enterpreneurship Kekuatan Persaudaraan Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah dalam Menghadapi MEA” ini.

Keempat jenis lomba itu ialah psychopaper yakni membuat artikel ilmiah terkait tema-tema aktual psikologi, psychostory yakni membuat sebuah photo story yang berkaitan dengan tema tertentu lalu dianalisis sesuai teori psikologi, psychoposter yakni membuat desain poster, dan psychodebate yaitu lomba debat psikologi yang berisikan dua orang dalam satu tim.

Pada lomba paper, dari dua perwakilan yang dikirimkan, UMM menyabet juara pertama yang diraih oleh Novi Anisa. Di lomba psychostory¸ Nidia Karunia Aisyah meraih juara pertama sekaligus juara favorit. Pada lomba poster, dua orang delegasi masing-masing meraih juara pertama dan kedua. Juara pertama poster direbut oleh M. Fahmi Arifudin dan Lalu Reza Gunawan mengantongi juara kedua sekaligus juara favorit.

Sementara itu pada lomba debat, dari dua tim UMM, masing-masing pun meraih juara pertama dan kedua. Juara pertama diraih oleh Emha Nelwan-Rezka Mardiana dan juara kedua disabet Alfin Rhomansyah-Hana Humaira. Raihan juara pada masing-masing jenis lomba ini mengantarkan UMM menjadi juara umum dari 14 PTM yang hadir.

Ada yang tak biasa dari lomba debat kali ini. Lumrahnya, setelah pembagian motion, maka dimulailah debat antartim. Tapi, pada sistem debat kali itu, kadiah tersebut tak berlaku. Setelah pembagian motion, ke-14 tim diberi waktu untuk memberikan argumennya, namun dalam bentuk tertulis.

“Ini yang lumayan mengejutkan dan membuat kami dag-dig-dug. Karena nanti yang ‘benar-benar’ ikut debat bukan 14 tim, tapi hanya 8 tim yang terjaring dari argumentasi tertulis,” ujar Alfin, salah satu anggota tim debat yang juga mahasiswa semester 5 ini.

Aturan tak umum lainnya juga diterapkan pada lomba poster. Umumnya, desain poster dikumpulkan dan seketika dinilai. Namun, kali ini, bentuk cetak poster yang sudah dibuat oleh peserta mesti ditempelkan pada sebuah damar kurung bersisi empat. Damar berbentuk 4 sisi, sehingga tiap peserta berada pada tiap sisinya untuk membuat kreasi dari tertempel poster poster yang telah dibuatnya. Untuk ini, peserta menyediakan alat dan bahan sendiri. Poster dan photostory juga dinilai berdasarkan jumlah voting yang diberikan pada tiap karya.

Bagi Alfin, pengalaman praktikum turun lapang pada beberapa matakuliah membantunya dalam lomba ini karena dapat dihubungkan dengan materi yang dilombakan. Sehingga, baginya terbukti bahwa apa yang diajarkan di bangku kuliah walaupun dengan beban tugas yang menumpuk tak menghalangi mahasiswa untuk berprestasi.

“Sempat merasa ragu juga karena sistemnya. Tapi Alhamdulillah kita bisa memenangkan di semua cabang lomba. Meskipun materi lomba tidak sempat kami kuasai sepenuhnya, tapi itu bukan halangan karena selama ini cukup banyak wawasan yang kami peroleh di perkuliahan,” pungkas Alfin. (ich/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image