Prof. Latipun, Ph.D. Guru Besar Bidang Psikologi (Foto : Lintang Humas) |
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali menambah guru besar baru. Kali ini adalah Prof. Latipun, Ph.D. yang menjadi guru besar bidang psikologi. Ia dikukuhkan pada 9 Agustus lalu dan menyampaikan orasi Ilmiah terkait konseling dan terapi berorientasi pada kemampuan self-recovery. Ini juga menjadi strategi implementasi sustainable development goals (SDGs) dalam bidang kemanusiaan.
Berdasarkan penelitiannya, Latipun menerangkan, pada hakekatnya setiap manusia berkemauan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Prinsip ini bisa juga dikembangkan dalam praktik konseling dan terapi. Meski melibatkan pihak lain dalam menyelesaikan masalah, namun konseling dan terapi sepatutnya mengembalikannya pada klien. Dengan begitu, klien bisa mengatasi problem dan mengembangkannya di kemudian hari.
Baca Juga : Dosen UMM Jelaskan Pentingnya Matematika untuk Manusia
“Itulah yang disebut dengan sel-recovery, yakni usaha individu untuk menangani, memulihkan, atau mengembalikan kondisi dirinya ke dalam kondisi yang normal dan optimal. Meski begitu, bantual awal dari kalangan profesional dan orang-orang di sekitarnya tetap diperlukan untuk meningkatkan kemauan individu untuk menyelesaikannya sendiri,” jelasnya.
Adapun konseling dan terapi berorientasi pada self-recovery mengikuti empat prinsip utama. Pertama, menekankan keterlibatan diri dalam menghadapi tantangan kehidupannya. Kedua, mengandalkan kekuatan internal klien ketimbang kekuatan luar. Tiga, mengutamakan proses individu untuk eksplorasi diri, belajar dari pengalaman, serta peningkatan keterampilan koping. Terakhir, setiap individu bertanggung jawab menyelesaikan masalah sendiri dan mampu berkembang optimal.
Baca Juga : Tingkatkan Kualitas Guru, 385 Peserta PPG UMM Ikuti Kursus Pembina Pramuka
Terkait hubungannya dengan SDGs, Latipun mnejelaskan bahwa konseling memiliki relevansi dengan SDGs, terutama pada bidang kemanusiaan. Secara umum, tujuan konseling adalah menghasilkan pribadi yang matang dan sehat secara mental. Hal ini sejalan dengan rumusan SDGs yang menjamin kehidupan sehat serta mendorong kesejahteraan bagi semua kalangan dan usia.
“Strategi konseling berbasis pada self-recovery ini sangat sesuai dengan tujuan yang dirumuskan PBB terkait SDGs. Kesehatan secara mental dan kemampuan individu self-recovery dalam menghadapi berbagai masalahnya adalah strategi yang urgen,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, turut hadir secara daring Menteri Koordinator PMK RI sekaligus ketua Badan Pembina Harian UMM, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP. Ia menegaskan bahwa menjadi guru besar adalah cita-cita yang harus dimiliki oleh setiap dosen. Hal ini merupakan capaian yang luar biasa, maka ia tidak memberikan selamat kepada Latipun yang telah melewati perjalanan akademik.
Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan, psikologi adalah bidang yang tidak mudah tergantikan, sekalipun oleh AI. Para pakar psikologi akan selalu dibutuhkan dalam dinamika kehidupan. Psikologi juga memiliki hubungan dengan upaya SDGs, misalnya saja tujuan program kesehatan dan kesejateraan.
“DI era sebelumnya, kita tahu bahwa kesehatan mental tidak dianggap begitu penting dibandingkan dengan kesehatan fisik. Namun sekarang, pemahaman itu bergeser. Muncul kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental,” pungkasnya mengakhiri. (Wil)