Dekan Fakultas psikologi UMM Muhammad Salis Yuniardi, M.Psi., Ph.D Saat Memberikan Materi. (Foto: Zaki Humas) |
Sebagian besar korban tragedi Kanjuruhan adalah mereka yang berusia remaja dan notabene menjadi siswa dan siswi. Hal itu juga berdampak pada anak didik yang berada di sekolah. Hal itu disampaikan oleh Kepala Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) Kabupaten Malang, Inta Elok Youarti, M.Pd. dalam kegiatan Pelatihan Konseling Traumatik Pasca Tragedi Kanjuruhan. Adapun agenda itu diselenggarakan oleh unit Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Rabu (19/10) lalu.
Baca juga: Kirim 40 Relawan, Maharesigana UMM Sigap bantu Korban Banjir Malang Selatan
Diikuti oleh 60 guru bimbingan konseling (BK) se-kabupaten Malang, Kepala PMB UMM Nurudin mengucapkan terimakasih atas hadirnya para guru BK untuk mengikuti pelatihan tersebut. Dia menjelaskan bahwa di UMM, sudah disediakan program serupa untuk para korban yang diberi nama Trauma Support Mobility.
“Saya rasa bapak dan ibu memang menjadi garda terdepan untuk memberikan ketenangan bagi para siswa di sekolah yang mengalami trauma karena tragedi itu. Maka, semoga pelatihan ini bisa bermanfaat dan memberikan dampak positif serta mampu dipraktekkan di sekolah masing-masing,” terangnya.
Turut hadir Dekan Fakultas psikologi UMM Muhammad Salis Yuniardi, M.Psi., Ph.D. yang memaparkan materi. Ia menjelaskan beberapa ciri orang yang memiliki mental sehat. Mulai dari kemampuan untuk mengenali potensi diri, mampu menangani stres harian, dan produktif. Bahkan juga memberikan manfaat untuk masyarakat.
Baca juga: Berbekal CoE, UMM Jadi Satu dari Sedikit Kampus di Ajang G20
Sementara itu, trauma merupakan peristiwa yang mengancam keselamatan dan integritas diri. Penyebabnya bisa karena bullying, pelecehan seksual, demonstrasi, kecelakaan, bencana, dan lainnya.
“Begitu mengalami trauma seseorang pasti mengalami post traumatic stress (PTS) atau tahapan awal dalam trauma. Ada dua tipe trauma, yang pertama yakni mereka yang mengalaminya langsung disebut dengan PTS primer. Kemudian tipe kedua yaknni yang tidak mengalami kejadian secara langsung, baik lewat mendengar maupun melihat. Tipe kedua inilah yang banyak dialami oleh teman-teman,” tambahnya.
Lebih lanjut, Salis menjelaskan jika trauma mempengaruhi aktivitas, maka dapat dikatakan sebagai acute stress disorder. Jika terus berlangsung dan terjadi mood swing, maka ia sampai pada tahap post traumatic disorder. Kalau tidak segera ditangani, orang tersebut bisa berakhir dengan bunuh diri.
Maka, konseling menjadi hal penting yang harus diberikan kepada penderitanya. Menurutnya, kunci sukses melakukan konseling bukanlah nasihat atau motvasi, justru hal itu malah membuat mereka semakin stres. Salah satu yang bisa dilaksanakan adalah memberikan Psychological First Aid (PFA) yaitu look, listen dan link.
Look maksudnya adalah memastikan keadaan orang tersebut aman. Kemudian listen berfokus pada pikiran dan perasaan orang yang mengalami trauma. Bukan malah menanyakan kronologi kejadian. Lalu yang terakhir adalah link, maksudnya adalah memberikan bantuan apa-apa yang mereka butuhkan. Utamanya dalam menstabilkan emosi.
Disisi lain, perwakilan guru BK dari SMAN 1 Bululawang, Wiwik Endang mengucapkan terima kasih sudah dijamu dan diberia materi yang menarik. Menurutnya, materi yang disampaikan sangat bagus dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
“Saya mendapatkan ilmu dan juga metode baru untuk mengatasi dan mendampingi anak-anak didik di sekolah. Saya juga tentu berharap, UMM bisa senantiasa menjalin kerjasama dengan para guru BK se-Malang,” pungkasnya. (zak/wil)