UMM Press Ajak Dosen Intip Besarnya Peluang Pasar Buku Ajar

Author : Humas | Kamis, 12 April 2018 10:51 WIB
Penyampaian materi pada workshop Pengayaan Penulisan Buku Ajar/Teks dihadiri seluruh dosen UMM, Rabu (11/4).

Buku ajar menjadi salah satu karya dunia pendidikan yang memberikan pengaruh besar terhadap kualitas keilmuan mahasiswa. Sayangnya, di Indonesia masih banyak problem yang membuat jumlah buku ajar masih minim. Beberapa diantaranya adalah banyaknya buku ajar yang ditulis alakadarnya seperti makalah, resume dan justru hanya berisi hasil riset  yang masih diolah dengan format yang konvesional.

“Selain itu, penulisannya seringkali hanya sebatas memenuhi kebutuhan akademik semata,”ujar Direktur Intrans Publishing Luthfi J. Kurniawan pada gelaran Pengayaan Penulisan Buku Ajar/Teks yang digelar oleh Universitas Muhammadihah Malang (UMM) Press dan Direktorat Penelitian  dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UMM di RSS UMM, (Rabu 12/4).

Hal ini sangat disayangkan, karena menurut Luthfi buku ajar di Indonesia sebetulnya memiliki pasar yang lumayan. Hanya karena beberapa hal yang kurang dimaksimalkan, buku ajar kerap gagal keluar sebagai best seller.

 “Perspektif penerbitan kampus dan di luar kampus sangat berbeda. Kalau di kampus biasanya tidak berfikir soal bisnis atau cash flow. Secara konten ok, tapi berkaitan dengan pasar tidak. Untuk marketing memang dibutuhkan perlakuan-perlakuan yang cukup serius,”tambahnya.

Tidak hanya soal marketing, disain dan pemaparan isi bukuajar/teks juga perlu menjadi perhatian para dosen penulis buku ajar. Hal tersebut penting, mengingat keseimbangan antara wajah/judul, lead/pendahuluan, isi dan kesimpulan atau penutup juga turut menentukan menariknya buku bagi pembaca.

“Ini harus seimbang, misalnya dengan perbandingan wajah, pendahuluan sekitar 10 persen,  isi yang diibaratkan sebagai tubuh 80 persen, dan kesimpulan atau penutup 10 persen juga,”ujar Staf Ahli Penerbitan UMM Yunan Syaifullah.

Pada kesempatan tersebut Yunan juga menyampaikan bahwa pembiayaan yang disediakan berbagai pihak, mulai internal hingga eksternal sangat banyak, Sampoerna Foundation misalnya. Hanya saja, persoalan yang masih kerap muncul menghadang para penulis buku ajar adalah penyajian proposal pengajuan buku yang menarik.

“Hanya persoalannya adalah ketika kita mengajukan pendanaan luar kampus kuncinya yang pertama adalah proposal dan ini yang dinilai utamanya dalah cover. Akan baik, jika ada klinik  khusus untuk para penulis dalam visualisasi cover,” tandasnya.

Di akhir Yunan menyampiakan, bebrapa hal lain yang harus menjadi perhatian adalah dalam buku ajar adalah judul yang menarik, kata pengantar atau prolog dimana penulis menggunakan synopsis singkat dengan isi maksimal enam halaman, daftar isi buku lengkap, bahasan isi (dialog) dilengkapi pengantar isi bahasan, isi bahasan utama serta evaluasi bahasan. Hal lain yang juga perlu disertakan adalah indeks, daftar pustaka lengkap dan daftar riwayat penulis.

“Jangan lupa cek autoplagiasi juga, ini sekarang dapat dilakukan penulis sendiri dengan bukti print out statistiknya yang diajukan bersama hardcopry naskah sebanyak dua ekslempar,”pungkasnya. (sil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image