Prof. Ilyas Masudin, ST., MLogSCM., PhD., IPM., ASEAN Eng. saat menyampaikan orasi ilmiah. (Foto: Humas UMM) |
SEJAK kebijakan pemerintah pusat untuk melakukan pembatasan aktivitas sosial, mendorong pemerintah daerah untuk melakukan hal yang sama. Hal tersebut berimbas pada perilaku konsumen yang mulai melakukan panic buying. Fenomena tersebut menggambarkan pandemi memiliki kaitan dengan aktivitas sektor perekonomian, utamanya pangan dari produsen ke konsumen atau distribusi.
Dalam konsep rantai pemasokan logistik, dikenal istilah Manajemen Logistik Kemanusiaan yang merupakan salah satu strategi penanganan penyaluran logistik selama bencana alam atau pandemi.
Berangkat dari persoalan tersebut, Prof. Ilyas Masudin, ST., MLogSCM., PhD., IPM., ASEAN Eng. menciptakan konsep Manajemen Logistik Kemanusiaan dan Logistik Halal dengan mengadopsi konsep Traceability Technology. Berkat kepakarannya itu, Ilyas pada Sabtu (19/9) dikukuhkan sebagai guru besar baru Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bidang Logistik dan Rantai Pasok.
Pengukuhan profesor kali ini sengaja digelar di ruang terbuka agar sirkulasi udara jauh lebih bagus, menyesuaikan protokol kesehatan Covid-19. Jumlah tamu undangan pun terbatas maksimal hanya 50 orang. Jumlah ini sudah termasuk dari keluarga guru besar, jajaran senat dan rektorat, serta para guru besar.
Baca juga: Ihyaul Ulum, Guru Besar Baru UMM Temukan Model Pengukuran Kinerja Modal Intelektual
Dua konsep manajemen logistik yang ditawarkannya ini, dituturkan pria kelahiran Sidoarjo, Jawa Timur ini, atas fenomena rantai pasokan logistik saat ini kurang visibilitas dan transparansi di setiap tahap perjalanan, dari bahan mentah hingga produk konsumen. Padahal, visibilitas dan transparansi proses pemasokan dapat memberikan dampak positif terhadap kedua belah pihak.
“Visibilitas dan transparansi di setiap tahap pemrosesan bahan mentah hingga produk konsumen merupakan proses yang sering hilang,” tegasnya dalam orasi ilmiah yang berjudul Traceability Technology Adoption on Humanitarian and Halal Logistic: Conceptual Framework Perspective.
Traceability merupakan kapasitas untuk memverifikasi sejarah, lokasi atau status suatu barang melalui identifikasi terdokumentasi. Sayangnya, penyedia dan penyalur barang sering mengabaikan proses ini. Padahal, apabila proses ini diperhatikan dengan seksama maka dapat meningkatkan kepuasan konsumen.
Selain itu, dosen yang selalu menyempatkan waktu setiap pagi untuk berolahraga di Stadion UMM ini juga mengulas konsep bagaimana konsumen dapat tetap memperoleh produk dengan jaminan halal melalui Manajemen Logistik Halal.
Baca juga: Angkat Hasil Pertanian Lokal Potensial Berpigmen, Elfi Dikukuhkan Jadi Guru Besar Baru
Pria yang membawa program studi Teknik Industri UMM meraih akreditasi internasional dari Indonesian Accreditation Board for Engineering Education (IABEE) ini sebelumnya juga berfokus pada penyaluran daging halal dari produsen hingga diterima konsumen, khususnya konsumen muslim di Indonesia.
“Proyek Halal Logistics untuk daging itu merupakan salah satu proyek pengabdian masyarakat yang bekerjasama dengan salah satu institusi pendidikan di Australia,” jelasnya.
Sejak lama, dosen UMM yang menyelesaikan pendidikan doktoral di RMIT University, Melbourne, Australia ini berkonsentrasi di bidang Logistik dan Rantai Pasok. Kepakaran yang ia tekuni ini telah membawanya pada berbagai prestasi nasional maupun internasional. Salah satunya, ia telah tersertifikasi ASEAN Engineer pada tahun 2018.
Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. menyatakan dalam sambutannya bahwa pada dasarnya menjadi guru besar bukanlah akhir dari segalanya. Tetapi justru, raihan tertinggi jabatan akademik ini, menjadi titik harapan besar yang diinginkan oleh kampus ini. Yakni nilai kebermanfaatan dari seluruh karya-karya nyata yang ditelurkan bagi bangsa dan negara.
Baca juga: UMM Dampingi Guru di Sulawesi Tengah Desain Pembelajaran Daring
“Saya kira kita semua harus bertanggungjawab atas misi UMM yang selalu didengungkan, UMM dari Muhammadiyah untuk Bangsa. Artinya, seluruh komponen yang ada di UMM ini, terutama para guru besar, harus memberikan kontribusi. Jangan tidur sebelum memberikan kontribusi,” kata Fauzan.
Kontribusi, lanjutnya, tidak hanya sekedar apa yang diberikan kepada kampus. Tetapi berangkat dari kampus inilah, secara bersama-sama menebarkan semangat kebermanfaatan sesuai dengan disiplin ilmu yang guru besar masing-masing miliki. Utamanya, harus bisa dipersembahkan untuk kemajuan bangsa dan negara.
“Saya doakan kehadiran Prof. Ilyas di tengah sivitas akademika UMM ini akan menjadikan UMM bisa memberikan berkah lebih besar dan mencatat suatu reputasi dan rekognisi yang lebih luas. Tentu yang saya maksud adalah rekognisi internasional,” tandas Fauzan.
Dikukuhkannya Prof. Ilyas menjadi guru besar baru UMM merupakan penutup agenda pengukuhan guru besar baru UMM selama 3 hari berturut-turut, sejak Kamis hingga Sabtu (17-19/9). Sebelumnya, guru besar baru yang dikukuhkan yakni Prof. Dr. Ihyaul Ulum, S.E., M.Si., Ak., CA. dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Prof. Dr. Ir. Elfi Anis Saati, MP. dari Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP). (nis/can)