UMM-Al Azhar Mesir Sebut Pentingnya Peran Kepemimpinan Perempuan

Author : Humas | Selasa, 11 Februari 2025 09:10 WIB
UMM dan Universitas Al-Azhar Mesir selenggarakan kolaborasi melalui kuliah umum yang mengkaji mengenai perempuan muslimah dan kepempimpinan pelajaran dari sirah Nabi SAW dan sejarah Islam (Foto : Nanan Humas)

Hubungan bilateral antara Mesir dan Indonesia telah terjalin sangat baik, mengingat dua negara ini merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Hal itu yang melatarbelakangi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Al-Azhar Mesir untuk berkolaborasi adakan kuliah umum yang menghadirkan Nahla Shabry Elsiedy selaku penasehat Syekh Al-Azhar Mesir, 11 Februari ini. Adapun agenda itu mengkaji mengenai perempuan muslimah dan kepempimpinan pelajaran dari sirah Nabi SAW dan sejarah Islam tersebut.

Nahla menyampaikan, penting untuk memahami ajaran agama Islam secara komprehensif untuk mengetahui peran perempuan. “Kita tidak lagi membicarakan apakah perempuan bisa menjadi pemimpin. Tetapi bagaimana perempuan dapat memimpin dan mengabdi,” tegasnya. 

Baca juga : Hadir Di Tabligh Akbar UMM, Mendikdasmen RI Senam bareng Siswa SD

Menurutnya, dalam Islam, perempuan secara kodratnya telah memiliki tanggung jawab. Kini kepemimpinan tidak lagi mengenai kekuasaan dan penguasaan, akan tetapi mengenai amanah, optimalisasi potensi, tanggungjawab serta pengabdian. Apabila seorang perempuan diberikan kesempatan untuk dapat mengatur dengan kesempatan yang setara, maka mereka juga berpotensi untuk berhasil mengelolanya. Apalagi memikul tanggungjawab juga merupakan fitrah dari Allah.

Sejarah Islam telah mencatat banyak kisah keteladanan dalam kepemimpinan perempuan. Salah satunya adalah kisah Khadijah binti Khuwailid yang mendukung awal perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan Islam di Makkah. Kemudian dapat mengatur serta menenangkan suaminya tatkala mendapatkan amanah yang besar dari Allah. Tidak hanya itu, Khadijah juga memiliki kepribadian yang ramah, suka menolong, penuh empati, dan sangat bijak. Itu semua menjadi representasi dari kekuatan aqidah yang dimilikinya.

“Ada juga kisah perempuan lainnya, seperti Aisyah RA, yang telah meriwayatkan lebih dari 2000 hadits dan menjadi sandaran umat para bidang fiqh, hadist, tafsir, dan pengajaran. Pada intinya, kepemimpinan senantiasa memprioritasan pengabdian kepada masyarakat, namun jangan sampai tanggungjawab rumah, anak dan suami menjadi terbengkalai. Perempuan bukanlah batu sandungan kemajuan, melainkan batu loncatan peradaban,” tegas Nahla.

Baca juga : Mahasiswa UMM Sulap Limbah Kulit Jagung jadi Kertas Eco Friendly

Terkait Kampus Putih, Nahla menilai bahwa UMM mempunyai visi misi yang bagus dalam mengelola lingkungan pendidikan dan memiliki kualitas pendidikan yang sangat luar biasa. Termasuk pengajaran bahasa asing seperti Inggris dan Arab. Maka, ia berharap UMM dapat menjalin kerjasama dengan Al-Azhar dalam pengajaran Bahasa Arab. Apalagi mengingat Al-Azhar memiliki kualitas SDM pengajar Bahasa Arab yang sangat bagus.

Sementara itu, Wakil Rektor V UMM Prof. Tri Sulistyaningsih mengatakan, persoalan perempuan menjadi isu yang menarik untuk dikaji karena adanya perbincangan hangat terkait peran perempuan di lingkungkan domestik maupun publik. Di sisi lain, UMM memang berkomitmen dalam menyiapkan lulusan yang unggul dengan selalu menjamin kualitas pendidikan yang diberikan sebaik-baiknya. Tri berharap, agar kedepannya hubungan kerjasama dengan Al-Azhar ini dapat terus berjalan di berbagai bidang. (zaf/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image