Suasana kunjungan Prodi Informatika UMM ke MIXPRO. (Foto:Istimewa) |
Tidak hanya menciptakan era baru web 3.0, metaverse juga mendorong dunia virtual yang immersive serta kemudahan akses di masa depan. Melihat perkembangan tersebut, Program Studi (Prodi) Informatika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bergerak cepat untuk ambil bagian dalam riset dan pengembangan metaverse di Indonesia. Pada awal Juni lalu, Prodi Informatika UMM melakukan kunjungan ke MIXPRO untuk melakukan pengembangan UMM Metaverse.
Ketua Prodi Informatika UMM, Ir. Galih Wasis Wicaksono, S.Kom, M.Cs menjelaskan bahwa gebrakan teknologi metaverse ini lahir dari penggabungan teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) yang kemudian banyak dikenal dengan istilah Extended Reality (XR). Dengan gebrakan baru tersebut, metaverse tak henti-hentinya menjadi perbincangan masyarakat global. Untuk mengikuti perkembangan teknologi, lahirlah proyek UMM Metaverse yang bertujuan untuk membuat landscape UMM dalam dunia virtual.
“Kunjungan Prodi Informatika UMM ke MIXPRO bukan tanpa alasan, pasalnya perusahaan yang bergerak di bidang entertainment ini memiliki divisi khusus dalam mengembangkan teknologi metaverse. Dalam kunjungan tersebut, selain untuk melakukan pengembangan proyek UMM Metaverse, Kami juga berencana untuk merintis pendirian pusat unggulan atau Center of Excellence (CoE) Sekolah Metaverse” ungkap Galih.
Lebih lanjut, Galih menjelaskan bahwa nantinya project UMM Metaverse ini akan dikembangkan oleh dua jurusan yaitu Prodi Informatika dari Fakultas Teknik dan Prodi Ilmu Komunikasi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Pelaksanaannya pun melibatkan dosen dan mahasiswa dari dua Prodi tersebut. “Secara garis besar, Informatika nanti akan menangani pengembangan metaverse dari sisi perangkat lunaknya, seperti unreal atau support dari sisi programmer. Sedangkan Prodi Ilmu Komunikasi akan ada di sisi dari narasi, skenario, konsep Metaverse dan juga 3D artist-nya. Namun, tidak menutup kemungkinan prodi lain bisa ikut berkolaborasi,” terang Galih.
Galih berharap pengembangan proyek UMM Metaverse ini sudah dapat ditampilkan dalam gelaran Muktamar Muhammadiyah ke-48 di bulan November 2022 di Universitas Muhammadiyah Surakarta mendatang. Project tersebut juga diharapkan mampu memberikan vibrasi positif untuk proyek-proyek lanjutannya. Terkait perintisan CoE Metaverse, Galih mengatakan bahwa CoE tersebut ada sebagai tambahan kompetensi bagi mahasiswa yang tertarik untuk mengembangkan metaverse.
“Sistem yang digagas berupa pelatihan selama satu semester untuk menguatkan sisi programming, virtual reality, dan augmented reality yang dinamakan Metaverse Academy. Kemudian mahasiswa akan mengikuti magang di metaverse project yang saat ini bermitra dengan MIXPRO. Harapannya, nanti mahasiswa yang sudah berpengalaman dalam mengembangkan produk di bidang metaverse atau bidang lainnya seperti SandBox serta dapat diserap oleh Industri bahkan sebelum lulus” tandasnya mengakhri. (Wil)