Semnas PGSD UMM-Uhamka: Mentalitas Global Diperlukan Bagi Guru Kekinian

Author : Humas | Senin, 30 Januari 2017 18:19 WIB
Sekretaris Asosiasi Perhimpunan Dosen PGSD se-Indonesia yang juga dosen UMM, Dr Endang Poerwanti MPd saat memberikan materi.

DI TENGAH pesatnya arus globalisasi, seorang guru dituntut untuk bisa beranjak dari mentalitas konvensional menuju mentalitas global. Demikian disampaikan Guru Besar Universitas Prof Dr Hamka (Uhamka) Prof Dr Suswandari MPd pada Seminar Nasional (Semnas) “Peningkatan Kompetensi Calon Guru dalam Menghadapi Tantangan Global” yang diadakan atas kerjasama Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Uhamka di Hall UMM Dome, Senin (30/1).

“Mentalitas global yakni sikap percaya diri, disiplin, menghargai waktu, menghargai prestasi dan karya orang lain, kerja keras dan orientasi kerja pada prestasi, teliti dan cermat, serta terbuka. Sebaliknya, guru juga harus meninggalkan segala mental konvensional, yakni ketergantungan pada orang lain, melanggar, apa adanya, ketidakpercayaan diri, dan yang lebih parah yaitu mental jajahan,” kata Suswandari.

Jika mental global itu diterapkan di tiap individu guru, maka secara otomatis, lanjut Suswandari, jati diri guru abad 21 dapat diwujudkan. “Yakni mereka yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan sebagai tuntutan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Memiliki akhlak mulia, mandiri, demokratis, bertanggungjawab terhadap sikap dan perilaku, juga berilmu, cakap dan kreatif. “Guru yang hebat adalah guru yang dapat menstimuli siswanya untuk terus bertanya. ” tukas Suswandari.

Sementara itu sekretaris Asosiasi Perhimpunan Dosen PGSD se-Indonesia yang juga dosen UMM, Dr Endang Poerwanti MPd mengatakan, seorang guru abad 21 juga wajib memiliki kompetensi dalam reading, writing and arithmetic untuk memahami gagasan melalui berbagai media kekinian. Guru juga harus fleksibel dan dinamis. Tak kalah penting, kata Endang, guru harus mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dalam menyajikan aktivitas pembelajarannya.

Disampaikan Endang, kunci peningkatan kulitas pendidikan terletak pada peningkatan kualitas profesionalisme guru. Bagi Endang, guru profesional yakni guru yang memiliki keahlian, bertanggungjawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang kuat. “Guru juga harus memiliki kualifikasi kompetensi yang memadai berupa kompetensi berupa kompetensi intelektual, sosial operasional, dan perilaku moral dan profesional,” jelas Endang.

Sehingga, untuk mewujudkan guru yang profesional, kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaan mutlak dijalankan. Dijelaskan Endang, guru yang bermutu ialah mereka yang dapat membelajarkan murid-muridnya dengan tuntas dan benar. “Selain itu mutlak juga diperlukan keahlian, baik dalam penguasaan secara tuntas disiplin ilmu yang diajarkan, metodologi, dan pendekatan pembelajaran,” papar Endang.

Namun demikian, upaya itu tidak akan berhasil jika tidak diselaraskan dengan kesejahteraan guru yang memadai. “Seorang profesional harus mampu mencurahkan sebagian besar perhatiannya terhadap upaya-upaya profesional. Upaya profesional ini didukung oleh penghasilan dan kesejahteraan yang memadai,” ungkap Endang. (can/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image