Tiga mahasiswa UMM menangi lomba di Pekan Kebangsaan (Foto: Istimewa) |
Meskipun pandemi masih berlangsung, mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tak henti meraih prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Tim yang terdiri dari tiga orang ini berhasil menyabet juara satu dalam lomba Pekan Kebangsaan yang diadakan oleh Universitas Negeri Malang (UM) dengan kategori lomba dialog interaktif demokrasi dan politik identitas. Final perlombaan ini diadakan Kamis (19/11) lalu.
Tim tersebut beranggotakan Mariano Werenfridus, Wieby Winarto, dan Ilham Muhammad Shandy. Mereka bertiga berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Jurusan Ilmu Pemerintahan (IP). Dalam perlombaan itu, ketiganya mengangkat tema antisipasi gerakan politik identitas Indonesia.
Baca juga: Tingkat Perceraian Tinggi, Dosen UMM Terbitkan Buku Hukum Perkawinan
Mariano mengatakan bahwa persiapan lomba ini dilakukan selama satu bulan lamanya. Persiapan ini terbagi menjadi empat tahapan, yang pada masing-masing tahapan memakan waktu satu minggu. Tahapan pertama adalah mencari dan menemukan berbagai referensi terkait tema yang mereka angkat. Setelah rampung, masing-masing anggota menulis sesuai bab yang telah dibagi. Terakhir, tahap penyusunan tulisan dari masing-masing anggota. Mereka juga tidak lupa untuk melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.
Mahasiswa kelahiran sulawesi ini mengungkapkan bahwa mereka sama sekali tidak memiliki kendala saat proses persiapan lomba. Semua berjalan lancar dan sesuai dengan rencana. “Kami bertiga memang sudah lama kenal dan kompak. Apalagi sama-sama berada di satu organisasi yang sama. Ditambah lagi dengan bimbingan dosen serta dukungan kampus, baik dari segi fasilitas maupun hal lainnya,” ujar Mariano, salah satu perwakilan kelompok.
Baca juga: Peduli Milenial, UMM Adakan Kajian Spiritual
Ia juga menyampaikan bahwa motivasi terbesar yang di pegang timnya dalam mengikuti lomba tersebut adalah untuk tetap bisa berprestasi dan menjaga khazanah intelektual. Lebih lebih di tengah situasi serba sulit seperti saat ini. “Saya berharap tulisan kami tidak berhenti sampai lomba ini saja, namun berlajut menjadi sebuah jurnal agar dapat dinikmati oleh khalayak umum” tandasnya di akhir sesi wawancara. (syi/wil)