International Conference on Medical and Health Sciences (ICMEDH). (Foto : Rizky Humas). |
Beragam tantangan mulai bermunculan di era pasca pandemi. Maka, salah satu cara mengatasinya adalah memaksimalkan transformasi digital. Hal itu ditegaskan CEO Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Prof. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D. dalam International Conference on Medical and Health Sciences (ICMEDH), 23 September lalu. Konferensi garapan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu bertajuk bertemakan Global Health Challenges and Innovations In the Post-Pandemic Era.
Lebih lanjut, Ali menjelaskan, tantangan pertama yang dihadapi saat ini ialah transisi demografi. Kemungkinan besar, sekitar 50% anggota BPJS adalah orang dengan usia di atas 60 tahun. Kemudian, tantangan kedua adalah transisi epidemiologi.
“Sebagian besar kasus yang ada saat ini adalah penyakit kronis. Kemudian kami juga harus bersiap jika penyakit seperti TBC, malaria, Covid-19 dan lainnya muncul kembali. Perubahan iklim pun dapat memberikan dampak, misalnya seperti polusi disekitar Jakarta. Saya pikir transformasi digital adalah salah satu cara yang baik untuk mengatasi semua tantangan ini,” ucap Ali.
Baca juga: Bikin Film Psikologi Islam, Mahasiswa UMM Sukses Juarai Kompetisi Nasional
Tantangan-tantangan seperti inilah yang menurut Ali mampu meningkatkan pengoptimalan ekosistem digital. Ia menyadari bahwa pada dekade mendatang, kesehatan akan berkembang begitu cepat, maju dan akan terasa terpenuhi sepenuhnya dengan banyaknya teknologi baru. Promosi kesehatan pun akan dilakukan tanpa harus bertatap muka.
Sementara itu, Febi Dwi Rahmadi, BSC.PH, MSc.PH, Ph.D. dari Griffith University, Australia membahas terkait krisis Covid-19 yang menyadarkan bahwa sistem kesehatan masih lemah. Maka dari itu, pengalaman dan sejarah ini harus bisa memberikan kesadaran agar masa depan bisa diperbaiki.
“Keledai bahkan tidak akan jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Apalagi kita sebagai manusia, tentu lebih baik ketimbang keledai,” tegasnya.
Febi juga menghimbau agar para tenaga kesehatan profesional dapat lebih memikirkan lingkungan. Karena berdasarkan data, sekitar 87.000 ton sampah plastik dalam kurun waktu Maret 2020 hingga November 2021 merupakan limbah medis yang sangat membahayakan tubuh.
Hal menarik lain di konferensi tersebut adalah pembaahsan dari Prof. Goh Lee Gan dari Singapura. Menurutnya, meski bakteri berperan dalam penguraian, ada kemungkinan bakteri juga bisa membunuh manusia.
Baca juga: Viral Kasus Penganiayaan Anak di Cilacap, Begini Pertimbangan Pidananya
“Bahkan bisa menjadi masalah besar ketika infeksi dapat menyebar dari satu orang ke orang lain dengan sangat cepat. Ditambah lagi dengan sedikitnya orang yang memiliki kekebalan terhadapnya,” kata Goh.
Namun dibalik itu semua, pandemi Covid-19 juga memberikan banyak pelajaran dan perkembangan baru. Misalnya saja peningkatan penggunaan teknologi penyedia layanan primer. Seperti yang telah dilakukan oleh BPJS Kesehatan, yaitu merealisasikan proses teknologi data. (*dev/wil)