Diskusi UMM dan Jerman mengenai Penguatan Kualitas Pendidikan (Foto : Lintang Humas) |
Transformasi digital bersama dengan teknologi yang kompleks menjadi tantangan bagi generasi saat ini. Maka, perlu adanya peningkatan skill digital di berbagai bidang. Hal itu disampaikan Prof. Dr. Thomas Köhler dari Technische Universitat Dresden, Jerman. Ia menjadi pemateri dalam diskusi pendidikan vokasi yang dilangsungkan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 11 November lalu. Turut hadir berbagai perwakilan dari Kemenko PMK dan perwakilan kampus-kampus, baik dari lingkungan Muhammadiyah maupun umum.
Lebih lanjut, Köhler mengatakan, ada beberapa langkah revitalisasi yang bisa dilakuakn di Indonesia, khususnya dalam pelatihan dan pendidikan vokasi. Misalnya saja dengan meningkatkan kapasitas pengajar dan memberikan eksposur internasional. Begitupun dengan upaya menghubungkan dunia industri dengan kampus. Hal yang tak boleh terlewat yakni kebijakan yang mendukung upaya-upaya ini. “Penguatan kualitas pendidikan juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Utamanya untuk memperkokoh pelatihan dan pendidikan vokasi dalam bidang industri, keilmuan, dan lainnya,” kata Köhler.
Baca juga : Dosen Ekonomi UMM Jelaskan Efek Boikot Produk Israel dan Alterantifnya
Menurutnya, sumber daya manusia (SDM) Indonesia harus memiliki skill yang dibutuhkan dunia internasional. Termasuk bahasa-bahasa asing, bukan hanya sekadar bahasa Inggris. Hubungan harmonis juga harus dibangun anatara pihak-pihak yang bergerak di dunia pendidikan dengan industri sehingga kepentingan kedua belah pihak bisa terpenuhi dengan baik. “Ada banyak hal yang bisa kita diskusikan bersama dan kami sangat terbuka untuk itu,” katanya.
Di sisi lain, Deputi Kemenko PMK Prof. Warsito, S.Si., DEA, Ph.D. juga memberikan pandangannya. Sebagai upaya menciptakan SDM yang kompeten an berdaya saing, pemerintah sudah menerbitkan Perpres Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Peraturan ini juga membentuk epratruran Menko PMK yang salah satu transformasinya adalah mengubah pendekatan supply driven menjadi demand driven.
“Dengan begitu, diharapkan Indonesia mampu melahirkan tenaga kerja yang unggul dan kompeten sesuai dengan kebutuhan dunia yang terus berkembang,” katanya.
Baca juga : Mengenal Down Syndrome lewat Penjelasan Dosen FK UMM
Warsito melanjutkan, Indonesia tengan menghadapi bonus demografi, di mana angkatan kerja berada pada jumlah terbanyak. Namun dnia industri dan kerja tidak dapat menampung jumlah itu. Diskusi bersama Prof. Köhler memberikan insight baru terkait hal ini. Maka pendidikan di Indonesia juga harus diarahkan pada kompetensi berwirausaha dan juga pemagangan di UMKM. Sehingga mereka juga bisa menyediakan lapangan kerja.
Sementara itu, terkait ide hubungan pendidikan-industri yang disampaikan Prof. Köhler, Rektor UMM Prof. Dr. Fauzan, M.Pd. memberikan tanggap yang menarik. Ia menyebut program Center of Excellence (CoE) garapan UMM sudah melakukan hal itu sejak lama. Mempertemukan kebutuhan industri dengan SDM yang memiliki skill sesuai dengan industri harapkan.
“Sehingga kedua belah pihak mendapatkan keuntungan masing-masing. Baik dari aspek pengetahuan, inovasi, riset, karir, dan lainnya,” jelas Fauzan.
Ia juga menyampaikan kesiapan Kampus Putih untuk menjalin kerjasama, bukan hanya dengan kampus TU Dresden saja tapi juga dengan berbagai institusi di Jerman. Ia yakin, kolaborasi yang dibangun bisa memberikan kebaikan bagi sivitas akademika tiap kampus serta memberikan manfaat untuk masyarakat.
Terakhir, Fauzan juga menjelaskan program vokasi yang dijalankan UMM yang berlangsung dengan baik. Apalagi dengan berbagai kerjasama industri luar negeri, seperti dengan Yoyokai dan Daiichi untuk keperawatan, Canary untuk makanan, Zenkoku, PT OS Selnajaya dan lain sebagainya. Dengan begitu, kesempatan kerja yang ada semakin luas. (*wil)