Dr. Iwan Kuswandi, M.Pd, wisudawan terbaik UMM sekaligus penulis 25 buku (Foto: Istmewa) |
Istiqamah dalam suatu hal bukan perkara yang mudah, banyak tantangan dan juga godaan yang menyertainya. Namun hal tersebut dapat dilalui dengan baik oleh Dr. Iwan Kuswandi, M.Pd. Berkat keteguhan hatinya dalam menulis, wisudawan terbaik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini dapat melahirkan 25 karya buku dan berbagai artikel jurnal terakreditasi nasional serta internasional.
Wisudawan Strata tiga (S3) yang dikukuhkan pada Selasa (28/06) ini menceritakan bahwa awalnya ia tidak tertarik pada dunia kepenulisan. Saat menjalani pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di pondok pesantren, ia lebih senang menghabiskan waktunya dengan berorganisasi dibandingkan menulis. Namun pada suatu hari, salah satu pengurus pondok memintanya untuk membuat biografi kyai Muhammad Tijani Jauhari.
“Awalnya sangat sulit bagi saya untuk menulis biografi tersebut. Namun berkat bantuan dari para kiai, saya dapat merampungkan penulisan biografi itu dengan baik. Sejak saat itu saya menanamkan tekad istiqamah menulis sebagai bagian dari hidup saya,” ujar Dosen Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumenep tersebut.
Dari 25 buku yang telah ditulis, Iwan sapaan akrabnya mengaku ada salah satu buku yang paling berkesan untuknya. Buku tersebut berjudul Kera Pun Bisa Mengaji. Dalam proses pengerjaannya, pria asal Sumenep tersebut berjuang keras untuk menggali data dan mengidentifikasi fakta.
“Buku ini membahas mengenai biografi dan rekam jejak para ulama islam di Madura. Kesulitan yang paling terasa adalah meyakinkan keluarga maupun ahli waris para ulama mengenai buku ini. Ada satu kejadian unik yang saya alami saat proses penulisan buku, yaitu ketika mewawancarai cucu Kiai Ahmad Dahlan karay. Semua jawaban yang dilontarkannya saat wawancara adalah tidak tahu. Itu cukup membuat saya kebingungan,” ungkap pria kelahiran 1987 itu.
Terkait kepenulisan, guru pondok pesantren TMI Al Amien Prenduan Sumenep ini mengatakan bahwa perkuliahannya di UMM berperan besar pada pengembangan tulisannya. Peningkatan signifikan yang ia rasakan semenjak berkuliah di UMM adalah tulisannya yang tidak hanya termuat di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Bahkan beberapa tulisannya bisa meraih indeks dari Scopus.
“Menulis adalah sebuah pesan dakwah Islam. Seperti yang tersirat dalam Surat Al-Qolam ayat 1 yang berarti demi pena dan apa yang mereka tuliskan. Dalam menulis, bukan hanya soal idealisme saja, tetapi juga kebermanfaatan bagi sesama. Bagi para muda mudi yang sedang atau ingin menulis, saya sarankan ditingkatkan lagi istiqamahnya dan jangan mudah putus asa saat berproses,” pungkasnya mengakhiri. (Syi/Wil)