Workshop Psikologi UMM, Intervensi VR Untuk Terapi Phobia

Author : Humas | Jum'at, 24 Februari 2023 05:45 WIB
Penjelasan mengenai Vr dan manfaatnya untuk dunia psikologi. (Foto: Istimewa)

Campur tangan teknologi dalam segala lini memang tak bisa dihindari lagi. Berbagai metode dikembangan dengan basis teknologi untuk mempermudah manusia melakukan aktivitasnya. Tidak terkecuali di bidang terapi pada pasien.

Hal ini juga yang sedang dikembangkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yakni terapi berbasis virtual reality. Terapi ini bertujuan untuk memudahkan terapi dan penanganan pasien. Maka dari itu, adanya workshop yang berlangsung di Rayz Hotel UMM pada 23 Februari 2023 menjadi langkah awal perkembangan teknologi virtual reality pada dunia psikologi.

Baca juga: Dubes Polandia Ajak Wisudawan UMM Lanjut Studi ke Poland

Seperti kata Adhiyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi Kepala Laboratorium Psikologi UMM bahwa wokrshop ini juga mengkaji psychtechnology. Menariknya, inovasi ini akan dikembangkan spesifik pada kasus penderita phobia kucing. “Luaran workshop ini adalah untuk mengembangkan psychotechnology UMM ke arah virtual reality. Seperti yang kita lihat, teknologi masih belum banyak dikembangkan khususnya di daerah Malang,” tegasnya.

Terkait phobia kucing yang digunakan secara spesifik, Adhiyatman menjelaskan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang memiliki phobia akan kucing. Denagn begitu, akan ada upaya yang lebih futuristik dalam menanganinya. 

Adapun workshop itu mendatangkan pakar psychotechnology ternama, Aulia Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., Ph.D. Dalam kajian tersebut, mereka membahas mengenai seberapa jauh capaian dari teknologi untuk dunia psikologi.

Baca juga: Hanif, Wisudawan UMM yang sudah Miliki Bisnis Beromzet Ratusan Juta

Menurut Aulia, sapaannya, manusia tidak bisa lepas dari gawai yang ada di tangannya. Maka, sudah seharusnya teknologi menyasar berbagai bdiang, termasuk psikologi. Ia menerangkan bahwa psychotechnology bisa diterapkan pada pengguna umum terkecuali populasi rentan dan di bawah 17 tahun. Maksud populasi rentan adalah mereka yang lansia, anak-anak, dan lain sebagainya.

Aulia menyampaikan, bahwa psikologi dapat dikembangkan dalam teknologi virtual reality (VR). Salah satunya dengan mengatur skenario yang bisa dirasakan oleh manusia. Adapun psychotechnology ini bisa diterapkan ke banyak orang. Bahkan pada mereka yang belum didiagnosa memiliki trauma terkait, namun sudah memiliki kecenderungan yang mengarah ke gangguan tersebut.

“Nantinya kita bisa melakukan banyak hal. Misalnya seperti quisioner, mengecek masalah fungsi low, moderate atau high-nya, dan lain sebagainya,” tambahnya.

Adapun teknologi VR untuk psikologi ini sudah dikembangkan dan saat ini berjalan 80%. Pengerjannya juga sudah dilakukan sejak enam bulan lalu. Salah satu contoh skenarionya adalah menggunakan basic video reality, di mana pengguna diajak untuk melihat secara 360 derajat keadaan yang ditakutinya. Sehingga, dengan pelatihan ini, diharapkan mereka akan menjadi lebih tenang dan relaks.

Namun, canggihnya teknologi virtual reality juga mempunyai efek samping bagi penggunannya. Salah satunya adalah migrain yang diakibatkan oleh durasi penggunaan yang terlalu lama. Maka perlu adanya standart operation procedure yang jelas. Sehingga penggunaan VR di dunia psikologi bisa lebih maksimal. (tri/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image