Ilustrasi pasukan Afganistan
|
KANDAHAR — Sedikitnya empat orang tewas tertembak, Rabu (20/3/2013), saat puluhan warga desa Afganistan bentrok dengan polisi dalam aksi protes akibat dugaan telah terjadi penodaan Al Quran.
Bentrokan berdarah ini terjadi di Musa Kala, sebuah kota yang kerap diserang pemberontak di Provinsi Helmand, wilayah selatan Afganistan.
"Empat orang tewas tertembak dan tujuh orang lainnya, termasuk dua polisi, terluka akibat tertembak," kata juru bicara Pemerintah Provinsi Helmand, Ahmad Zeerak.
Zeerak mengatakan, sejauh ini belum diperoleh kejelasan apakah penyebab tewasnya empat warga desa itu benar-benar akibat terjangan peluru senjata polisi.
"Polisi terpaksa melakukan intervensi setelah mengetahui pemberontak Taliban bersembunyi di antara pengunjuk rasa. Mereka menembak polisi terlebih dulu," lanjut Zeerak.
Sementara itu, warga desa menyatakan bahwa seseorang yang mengenakan seragam polisi menembaki Al Quran yang diambil dari sebuah masjid setempat.
Seorang pejabat lokal, Mohammad Ismail Hotak, mengatakan, tersangka penodaan Al Quran, yang menyamar sebagai polisi, sudah ditahan.
"Kami sudah menahan tersangka penodaan Al Quran. Dia pergi ke masjid tadi malam sambil mengenakan seragam polisi lalu menodai Al Quran. Dari informasi yang kami peroleh, dia adalah anggota Taliban yang menyamar menjadi polisi," papar Hotak.
Pernyataan berbeda datang dari kelompok Taliban yang bersikukuh bahwa pelaku penodaan Al Quran itu adalah anggota polisi dan mengatakan segera membalas dendam atas perbuatan itu.
Tindakan yang dianggap penodaan Al Quran adalah hal yang sangat sensitif di negara Islam seperti Afganistan. Pada 2011, pasukan AS membakar sejumlah Al Quran yang memicu aksi unjuk rasa yang berujung kematian 40 orang.
Insiden itu membuat hubungan antara pasukan NATO dan Kabul terpuruk ke titik terendah sehingga memaksa Presiden Barack Obama meminta maaf.