Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersama Presiden AS Barack Obama
|
VIVAnews - Mayoritas negara anggota Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendukung kedaulatan Palestina dengan menaikkan statusnya dari "entitas anggota" menjadi "negara pengamat non anggota." Tapi ada beberapa negara yang menolak keputusan itu. Beberapa dari mereka adalah Amerika Serikat dan Israel.
Menurut stasiun berita BBC, Duta Besar Israel untuk PBB, Ron Prosor, mengungkapkan alasan mereka tak mendukung upaya Palestina di PBB. "Satu-satunya cara mencapai damai adalah perjanjian kedua belah pihak (Palestina-Israel), bukan di PBB."
"Tak ada satupun keputusan PBB yang bisa memutuskan ikatan 4.000 tahun antara rakyat Israel dengan tanah Israel."
Kubu penentang hasil voting Majelis Umum PBB tersebut berargumen, Palestina seharusnya mengambil langkah negosiasi bilateral untuk menyelesaikan sengketa batas negara dengan Israel, seperti yang ditetapkan dalam Kesepakatan Damai Oslo tahun 1993, dasar berdirinya Otoritas Palestina.
Usia voting, Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice mendesak Palestina dan Israel melanjutkan pembicaraan damai dan jangan mengambil langkah sepihak.
Sementara Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyebut hasil voting ini, "Sangat disayangkan dan kontraproduktif." Menurutnya, hasil ini malah akan menghambat upaya damai kedua negara.
Perdana Menteri, Israel Benjamin Netanyahu, juga angkat bicara menanggapi hasil voting Majelis Umum PBB tersebut. Melalui akunnya di laman jejaring sosial Twitter, Netanyahu menilai Palestina telah melanggar perjanjian dengan Israel karena mencari dukungan ke PBB. "Kami akan mengambil tindakan yang sesuai."
Apa kata PBB? Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyerukan agar kedua negara lebih banyak mengambil langkah pembicaraan damai.
Sementara itu, ratusan warga Palesrina merayakan kesuksesan upaya Presiden Mahmoud Abbas di PBB. Mereka turun ke jalan-jalan di Ramallah, Tepi Barat sesaat setelah hasil Majelis Umum PBB mengumumkan hasil voting. "Allahu Akbar!" teriak rakyat Palestina berulang kali.
"Untuk pertama kalinya, akan ada negara yang disebut Palestina, dengan pengakuan dari seluruh dunia," kata salah satu warga Amir Hamdan. Dia menambahkan, hari ini dunia sudah mendengar suara rakyat Palestina. (ren)